Rabu, 04 September 2013

Menjadi Pribadi Yang Allah Oriented


 BE-VISIONER :
Jadilah Pribadi Yang Visioner
M.Samson Fajar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Artinya: “Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Pendahuluan
            Insan Qur’ani, Bismillahirrahmanirrahim, dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ayat pertama dalam surat al-fatihah ini (ada pendapat bukan ayat al-fatihah; wilayah fiqih tidak akan dibahas), semua orang telah hafal, faham artinya. Ini menunjukan saking dekatnya ayat ini dalam hati manusia. Akan tetapi ayat ini belum menjadi habbit ‘kebiasaan; prilaku’ yang terimplementasi dalam kehidupan manusia terutama ummat Islam.
            Insan Qur’ani, kalau kita memaknai dan merenungi, serta mari kita ulang-ulang basmalah ini sampai benar-benar membekas dalam diri kita’pengaruhnya’ tentu hal ini akan lebih baik. 114 surat semuanya diawali dengan basmalah kecuali surat at-Taubah. Ini menunjukan besarnya keutamaan dan pengaruh basmalah dalam kehiduan. Dalam hadits juga Rasulullah saw menganjurkan untuk selalu mengawali aktifitas dengan membaca basmalah. Ini tentu bukan tanpa maksud dan tujuan, tanpa makna yang terkandung di dalamnya, ada konsepsi motivasi qur’ani yang begitu luar biasa dalam basmalah ini. Dalam bab ini akan diuraikan dengan sederhana bagaimana basmalah dapat menjadi pemacu sukses dan perubahan hidup kita.
Basmalah : Pernyataan Allah Oriented (Allah orientasi hidup)
            Insan Qur’ani,  basmalah adalah pernyataan Allah swt sebagai orientasi hidup, inilah kekuatan inti dari sukses, karena ia berfungsi sebagai akar dari iman dari hidup manusia. Pada kekuatan ini, keyakinan diri dan keyakinan pada Allah sangat menentukan. Kemampuan memberdayakan dan mengoptimalkan fungsi hati memberikan pengaruh besar bagi bekerjanya prinsip ini. Allah oriented adalah salah satu dari principle power; menurut Tengku Tuan Ramli (kekuatan prinsip sebagai wilayah prasadar manusia, segala sesuatu yang tidak direncanakan dan tidak dapat dilogikakan). Ia berfungsi seperti ilham yang bekerja seperti tangan-tangan ajaib. Pada kekuatan ini, keyakinan dan nilai-nilai iman memegang peranan penting. semakin kuat keyakinan dan iman seseorang maka kekuatan Allah swt dan keajaiban Allah swt akan semakin dekat dan kuat.
            Insan Qur’ani, Allah orientasi hidup kita, ini tertuang dalam kalimat “dengan menyebut nama Allah “  sebuah ungkapan yang sangat dalam, para ulama memahami ini adalah kalimat dimana dimaksudkan” aku memulai aktifitas dengan menyebut nama Allah “
Semua aktifitas harus diawali dengan menyebut nama Allah swt, dalam beraktifitas harus menjadikan Allah swt sebagai wali “pelindung” karena hakikatnya semuanya ada dalam ketentuan Allah swt. Demikianlah seorang muslim hendaknya menjadikan Allah swt sebagai orientasi hidupnya dalam setiap kegiatan. Secara tidak langsung ketika basmalah dimaknai dengan mendalam sebagai pusat orientasi hidup manusia, Allah swt sebagai tujuan hidupnya, semuanya hanya atas kuasa Allah swt, maka ini akan menjadikan manusia akan mamiliki tingkat kesadaran diri dan kepercayaan diri akan mencapai sukses hidupnya.
            Insan Qur’ani, kalau kita ingat hadits Qudsi “Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku, hadits qudsi ini menunjukan bahwa ketika keyakinan diri kita kepada kuasa Allah swt sangat tinggi, keyakinan Allah swt akan berikan kesuksesan dari cita-cita kita maka Allah swt akan benar-benar berikan itu semua kepada kita. Oleh sebab itulah insan Qur’ani jadikanlah Allah sebagai orientasi hidup dan mengelola kehidupan, jadikan Allah swt sebagai harapan keyakinan tertinggi hidup kita dalam meraih sukses kita, cukup bagi Allah swt dengan firman-Nya” Kun Fayakun”  jadilah maka pasti akan terjadi, jika Allah cinta kepada hamba-Nya karena keyakinanya maka mudah bagi Allah akan kabulkan semua cita dan harapanya.
            Insan Qur’ani, masihkah anda ingat Abdurrahman bin Auf, ketika ada perintah hijrah ke Madinah, ia harus tinggalkan semua harta dan keluarganya, akan tetapi keyakinan akan kewajiban perintah hijrah membuatnya lebih yakin bahwa Allah swt tidak akan mungkin menelantarkan hidupnya. Bahkan ketika dia ditawari untuk dibantu oleh Sa’ad salah satu Anshorin Madinah dengan diberi kebun dan istri,  beliau menolak. Keyakinan kepada Allah dan dirinya sendiri mengalahkan segalanya, maka dia berkata” wahai Sa’ad tunjukilah aku pasar” maka akhirnya dia berusaha yang pada akhirnya mengantarkan menjadi saudagar muslim yang melimpah hartanya, pernah menyedekahkan 500 ekor kuda, 700 ekor unta dengan isinya ketika paceklik, sekali duduk bersedekah senilai 65 milyar (jika dirupiyahkan) bahkan wafat dengan meninggalkan harta yang sangat banyak, bahkan setiap istri beliah ditinggalkan harta senilai 4 tiliyun,  bahkan Usman bin Affan r.a pun mendapatkan bagian sedekah Abdurrahman bin Auf tersebut. Inilah kekuatan keyakinan kepada Allah sebagai orientasi hidupnya, maka awalilah semua dengan menyebut nama Allah swt. Kekuatan keyakinan kepada Allah swt ini juga yang terjadi kepada Bilal bin Rabah, Khalid bin Walid yang berani meninggalkan jabatan panglimanya dipasukan kafir Quraisy yang pada akhirnya Allah ganti sebagai panglima kaum muslimin.
            Insan Qur’ani, kekuatan keyakinan (belife power) inipun mampu merubah orang-orang sukses di negeri ini,  sebuah contoh bagaimana seorang wanita dari Sumatera Barat bernama Enizar, dia setelah lulus SD tidak diberi biaya untuk sekolah, karena kekuatan keinginan dan keyakinanya untuk  mencapai cita, maka dengan berbagai macam cara, ikut orang, bekerja dan berusaha sendiri sampai pada akhirnya gelar Profesor dapat dia raih tahun 2010. Insan Qur’ani, tidak ada yang tidak mungkin disisi Allah swt, ketika kita meyakini akan pertolongan Allah swt. Dan masih banyak kesuksesan para tokoh yang berawal dari sesuatu yang sepertinya tidak mungkin.
Basmalah : Pernyataan Highest Vision
            Insan Qur’ani, basmalah adalah mengandung makna visi tertinggi hidup manusia, setiap aktifitas yang diawali dengan menyebut nama Allah swt hakikatnya adalah sebuah visi dalam rangka mengharap perjumpaan dengan Allah swt. Akan tetapi visi perjumpaan dengan Allah swt haruslah diiringi dengan visi-visi jangka pendek yang bersifat duniawi. Sehingga apa yang Allah swt harapkan “kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat akan dicapai dengan optimal.
            Insan Qur’ani, kita semua harus memiliki visi hidup yang jelas, yang mana visi itu harus dituliskan dalam sebuah pernyataan (vision statement) yang memungkinkan kita akan lebih terarah dan fokus dalam mencapai sebuah cita. Visi yang kita tetapkan adalah pernyataan keberanian kita untuk melakukan sebuah perubahan diri, yang hendaknya diiringi dengan kekuatan jiwa untuk mencapainya.
            Insan Qur’ani, semua Visi hidup kita baik dalam aktifitas sosial, bisnis, ataupun segala aspek hidup kita tidak boleh menyimpang dari Allah swt. Allah tujuan kita, Rasul teladan hidup kita, yang tertuang dalam Syahadatain sebagai arahan dalam merumuskan visi hidup. Dalam buku pumping power di katakan bahwa untuk menjaga kualitas visi buatlah visi dalam kerangka 4 siklus kualitas kerja, yaitu paradigma, pola pikir, proses dan hasil terbaik. Visi yang baik sangat dipengaruhi oleh proses menemukan dan penulisanya, proses menenmukan dan menuliskan visi sangat dipengaruhi oleh pola pikir. Sedangkan pola pikir yang baik ditentukan oleh paradigma kita terhadap diri dan masa depan.
            Insan Qur’ani, tetapkanlah visi anda setinggi mungkin dan sebesar mungkin, dan tanamkan keyakinan serta berjuanglah dengan sungguh-sungguh, dan biarkanlah ‘visi hakiki’ kita bekerja, membuka segala tabir yang menutupi kejumudan diri kita, membuka keajaiban-keajaiban ilahi. Visi yang kita tuliskan sampaikanlah kepada yang Maha mengabulkan visi; Allah swt, sebutlah nama-Nya selalu dalam setiap langkah anda, ulang-ulangilah terus. Katakanlah apa yang paling anda inginkan, anda cintai, apa yang ingin anda miliki, baik fisik, emosional, spiritual, financial, sosial dan seluruh cita dan harapan anda. Insan Qur’ani,  Katakanlah Bismillah...pasti Allah akan bersama kita.
            Insan Qur’ani, tulislah visi anda dengan sebaik-baiknya, tajamkan visi tersebut dengan cara:
  1. Optimalkan kerja fisik, intelektual,  emosi, spiritual, dan financial dalam naungan “asma’ al husna”
  2. Membaca riwayat orang-orang sukses dari zaman nabi sampai saat ini, dalam setiap aspek
  3. Kembangkan seluruh potensi positif anda dengan cara meneladani orang-orang yang anda anggap sukses
  4. Peliharalah prinsip dan nilai aksi perubahan dengan amanah dan istiqamah serta penuh tanggung jawab
Insan Qur;ani, visi kita akan dianggap baik bila mencakup nilai SMART :
1.      Spesifik : Pernyataan yang kita buat harus jelas, khusus dan terinci
2.      Measurable : Visi kita harus terukur
3.      Attainable : Visi kita harus Mungkin dapat kita capai
4.      Rational : Visi kita harus rasional, masuk akal
5.      Time Oriented : visi yang kita buat harus ada batasan waktunya.

Basmalah : Keyakinan Allah Tetap Mengsihi dan Menyayangi (believed power)
            Insan Qur’ani, Yakinlah dalam setiap keadaan yang kita alami Kasih Sayang Allah swt selalu menyertai kita, hal ini tertuang dalam kalimat “basmalah” ini adalah ungkapan sebuah keyakinan yang besar kepada kasih sayang Allah swt. Marilah kita lihat ada dua konsep kasih sayang dalam basmalah ini; yang pertama konsep al-rahmn dan yang kedua al-rahîm .
            Insan Qur’ani, al-Rahmn adalah kasih sayang Allah swt yang bersifat wasi’ah (luas;umum) untuk semua makhluk-Nya. Baik manusia ataupun bukan manusia, baik yang mukmin maupun yang tidak mukmin, baik yang taat ataupun yang tidak taat, semuanya mendapatkan kasih sayang Allah swt ini. Akan tetapi kasih sayang ini bersifat terbatas hanya di dunia saja. Marilah kita renungi adakah yang tidak mendapat kasih sayang Allah swt, mengapa kita masih ragu.
            Insan Qur’ani, al-Rahîm adalah kasih sayang Allah swt yang bersifat D’imah (continyu; terus menerus dan tak terbatas dunia akhirat). Kasih sayang Allah swt ini khusus hanya untuk manusia yang beriman kepada Allah swt. Dan kasih sayang ini adalah 99 dari 100 kasih sayang Allah swt yang diberikan kepada makhluk-Nya. Oleh sebab itu jika kita beriman kepada Allah swt kenapa kita harus takut tidak mendapat kasih sayang Allah swt. makhluk yang tidak berakal dan manusia yang tidak beriman saja mendapat rahmat Allah swt, ada yang kaya, ada yang sukses dunia, mengapa kita yang beriman tidak mampu meraih rahmat Allah swt yang terus menerus itu. Yakinlah insan qur’ani, matangkanlah keyakinan, dekatkan ibadah kepada Allah swt, ikutilah Rasul-Nya, maka Rahmat Allah swt ini akan turun bercurah-curah kepada kita dan pastilah kita akan sukses.
            Insan Qur’ani,  menejemen keyakinan kepada kasih sayang Allah saw harus diterapkan dalam kehidupan insan Qur’ani, sampai-sampai orang yang paling banyak dosanya, setinggi gunung, sebesar langit dan seberat bumi pun tidak boleh putus asa dari rahmat Allah swt, bahkan orang yang sudah membunuh seratus orang pun masih mendapatkan rahmat Allah swt ketika dia mau benar-benar berusaha menggapai rahmat Allah swt. Dalam konteks menggapai visi hidup kita maka hendaknya kita harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras untuk menggapainya, dengan kesungguhan ini maka Allah pasti akan mengabulkan visinya.

Basmalah : Konsekwensi  Hidup sebagai Rahmat Seluruh alam
            Insan Qur’ani, Konsekwensi Rahman dan Rahim, sebagai asma’ al-husna yang menunjukan kasih sayang Allah swt, menurut konsep al-Ghazali dalam ihya’ ber-takhaluk dengan asma’ul husna, adalah hendaknya sebagai makhluk Allah swt memasukan nilai-nilai asmaul husna dalam diri. Contoh rahman dan rahim atau kasih sayang,  sebagai makhluk kita harus memiliki sifat kasih sayang kepada seluruh makhluk sesuai dengan porsinya dan keadilanya. Kasihanilah dan sayangilah seluruh makhluk Allah swt agar Allah swt dan seluruh penduduk langit menyayangi kita.
            Insan Qur’ani,  Islam diturunkan sebagai rahmatan lil-alamin, inilah yang paling penting dan harus difahami oleh seluruh insan Qur’ani yang mencita-citakan sukses dalam hidupnya, hendaknya dia mampu menyebarkan kasih sayang kepada makhluk di dunia ini. Mungkin ada satu kunci sukses dalam konteks rahmat, sukses hidup kita tidak akan kita dapatkan, baik sukses intelektual, emosional, spiritual, sosial dan financial, tanpa memberikan kasih sayang kepada makhluk. Contoh sederhana; sayangilah guru kita, kalau kita ingin sukses intelektual, sayangilah orang yang berakhlak buruk dengan mengharapkan kebaikanya maka kita akan sukses financial, sayangilah orang miskin maka anda akan menjadi kaya, sayangilah orang bodoh agar menjadi pintar kalau anda ingin pintar.
            Insan Qur’ani, Konsep kasih sayang ini sangat luar biasa, hal inilah yang menyebabkan Islam dahulu begitu cepat berkembang dan mencapai keemasan. Mari kita lihat kasih sayang rasul ketika beliau masih hidup selalu menyantuni dan menyuapi orang badui yang buta dan miskin, setiap menyuapi dia selalu dihina dan di caci maki, akan tetapi rasulullah saw tetap sabar dan tidak marah. Demikian setiap hari rasulullah saw, sehingga beliau wafat. Kemudian digantikan oleh Abu Bakar ra, yang kemudian si Yahudi tadi mengetahui kalau yang menyuapi setiap hari adalah Rasulullah saw, maka akhirnya Yahudi tadi masuk Islam.
            Insan Qur’ani, Masih terkait kasih sayang, ketika dalam diri kita memang kita optimalkan jiwa untuk selalu menyayangi saudara, mengambil alih kebutuhan hidup saudara kita yang membutuhkan, maka Allah swt akan mencurahkan kasih sayang-Nya dan mengambil alih kebutuhan hidup kita pula. Inilah kebiasaan seorang muslim dalam hidupnya yang tidak boleh ditinggalkan, selalu berfikir untuk memberikan kasih sayangnya kepada siapapun. Ketika melihat orang miskin, muncul kasih sayngnya untuk membantu dan mengentaskanya, ketika melihat orang yang tidak berilmu, maka muncul kaih sayangnya untuk membimbingnya dan seterusnya.
           

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Subhanallah ,,
Berusaha menjadi Pemuda yang Allah inginkan ya Ustadz,,,