Senin, 29 November 2010

Materi diskusi kelompok: Al Islam FKIP tentang akhlak guru dan Murid

Tugas Diskusi bagi Mahasiswa prodi Pendidikan Ekonomi Semster 3:
1. Buatlah Kelompok 8 orang per kelompok
2. Memahami dan menganalisis apa isi dari artikel tersebut
3. Membuat catatan-catatan diskusi dalam setiap poin, kemudian buat kesimpulan
4. Kelompok dipimpin oleh ketua, ada notulen yang menulis segala proses diskusi
5. Kirim hasil diskusi di email saya :ibnuummi@gmail.com
6. Catatan manual diserahkan dipertemuan yang akan dating
7. Tulis kelompok dalam email, sebgai absenya


Adab dan Akhlaq dalam Menuntut Ilmu
Adab , Akhlak dalam Menuntut Ilmu, dan gurunya
Diambil dari artikel Ade Nurdiansyah, S.Pd
Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat.
Baik atau buruknya suatu ilmu, bukan karena ilmunya, melainkan karena niat dan tujuan si pemiliki ilmu. Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau dimiliki oleh orang jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau membelah ikan.
Di bawah ini merupakan metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah
1. Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia semata. Niatkan bahwa dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah. Memohonlah kepada Allah agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat. Memohonlah kepada Allah agar kita terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan menyesatkan.
2. Selalu minta restu dan ridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati dan santun kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.
3. Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari suasana hati. Ingatlah... bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.
4. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.
5. Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
6. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian hidup.
Jangan menjadi manusia yang berilmu (pintar) tetapi zolim. Dan jangan pula menjadi manusia yang taat beribadah (sholeh) tapi bodoh. Ilmu tanpa didasari dengan keimanan, maka dengan ilmu tersebut manusia akan berbuat kerusakan dan kezoliman. Iman tanpa didasari dengan ilmu, maka keimanannya bersifat semu, hanya sebuah khayalan dan sugesti belaka, begitupun ibadahnya hanya bersifat ikut-ikutan. Oleh karena itu, raihlah kesuksesan dengan 2 sayap, iman dan ilmu. Insya Allah... kesuksesan yang kita raih bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Menuntut ilmu tidaklah mudah, tetapi juga tidak sulit. Dalam menuntut ilmu dibutuhkan keyakinan, kesabaran, kesungguhan, dan pengorbanan. Kita harus meyakini bahwa kita pasti bisa memahami suatu ilmu/pelajaran. Kita harus bersabar, karena untuk memahami suatu ilmu sampai tuntas memerlukan waktu yang lama. Kita harus sungguh-sungguh, karena hanya dengan kesungguhan suatu ilmu dapat kita miliki. Kita harus mempunyai jiwa berkorban, karena untuk meraih ilmu perlu tenaga dan biaya.
Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:
1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
2. tidak berbuat maksiat
3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
7. membiarkan diri lapar ketika sedang belajar (rajin berpuasa)

Adab murid kepada guru
• menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
• tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
• jujur dan setia bersama guru
• bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
• hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
• tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
• tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
• berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
• selalu berusaha menyenangkan hati guru
• memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
• berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
• membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan kepada mereka
• tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
• tidak terbahak-bahak di depan guru
• tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
• selalu duduk dalam sikap sopan
• berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru
Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata, "aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf ". Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.
Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, "Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu." Subhanallah... begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.

Adab murid kepada sesama murid
• menghormati dan memuliakan sesama murid dengan tulus dan ikhlas
• hendaknya memberikan nasehat kepada sesama murid dengan kerendahan hati dan bebas dari kesombongan ( amar ma’ruf nahi munkar )
• selalu berbaik sangka kepada sesama murid dan tidak mencari-cari keburukan mereka
• tidak menyakiti hati sesama murid
• hendaknya menerima permintaan maaf sesama murid apabila mereka memintanya
• selalu membantu sesama murid dalam suka maupun duka
• bersikap rendah hati dan santun kepada sesama murid
• tidak meminta menjadi pemimpin mereka, hanya menjadi sesama saudara dengan mereka
• lapang dada dalam perbedaan pendapat yang mungkin terjadi di antara sesama murid
ADAB MURID TERHADAP GURU
Merujuk pada kitab Bidayatul Hidayah Imam Ghozali.
Jika engkau seorang santri/murid, maka beradablah kepada gurumu dengan adab yang mulia. Adab-adab tersebut adalah;
• Mendahului salam dan penghormatan kepadanya.
* Tidak banyak berbicara di hadapannya.
* Tidak berbicara sebelum guru bertanya dan tidak bertanya sebelum mohon izin darinya.
* Tidak menyampaikan sesuatu yang menentang pendapatnya atau menukil pendapat ulama lain yang berbeda dengannya.
* Tidak mengisyaratkan sesuatu yang berbeda dengan pendapatnya sehingga engkau merasa lebih benar darinya.
* Tidak bermusyawarah dengan seseorang di hadapannya dan tidak banyak menoleh ke berbagai arah, tetapi sebaiknya engkau duduk di hadapannya dengan menundukkan kepala, tenang, penuh adab seperti saat engkau melakukan shalat.
* Tidak banyak bertanya kepadanya saat dia lelah atau sedang susah.
* Ikut berdiri ketika dia bangun dari duduk.
* Tidak bertanya ketika ia di jalan sebelum sampai di rumah.
* Tidak berburuk sangka kepada guru dalam tindakannya yang engkau anggap munkar secara lahir, karena pasti dia lebih memahami rahasia-rahasia dirinya sendiri.

Hendaknya engkau mengingat kisah Nabi Musa AS saat berguru kepada Nabi Khidir AS dan saat Musa melakukan kesalahan dengan ingkar kepadanya hanya karena berdasar kepada hukum zhahir(terlihat mata).
Allah menukil ucapan Nabi Musa kepada Nabi Khidir tersebu dalam firman-Nya Q.S Al-Kahfi ayat 17 :”Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat sesuatu kesalahan”.
(Nabi Musa AS telah dianggap salah dalam ingkarnya karena berpegang pada hukum yang zhahir).
Adab murid kepada pelajaran
• niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar
• diniatkan bahwa belajar ( menuntut ilmu ) itu untuk menghilangkan kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya
• menghormati dan memuliakan buku pelajaran ( kitab ) dengan tulus dan ikhlas
• menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran ( kitab )
• meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di tempat yang baik dan terhormat
• tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran ( ilmu )
• membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan
• selalu menulis atau mencatat pelajaran ( ilmu ) yang diperoleh
• meneliti sumber dan isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
• bersikap adil terhadap isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
• menjauhkan sifat malu yang berlebihan dalam proses memahami suatu pelajaran atau ilmu
Semoga ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha untuk selalu berbuat baik, memperhatikan adab dan berakhlak mulia. Insya Allah.... ilmu yang kita miliki dapat menyelamatkan kita di kemudian hari. Jika penuntut ilmu tidak memperhatikan bahkan meninggalkan adab dan akhlak, maka amal dan ilmunya tidak akan mendapatkan barokah dari Allah.
Allahu akbar ...!!!

Senin, 22 November 2010

UKHUWAH ISLAMIYAH PERSAUDARAAN ISLAM : PONDASI MEMBANGUN KEKUATAN ISLAM Dikutip dari ringkasan buku: al-ukhuwah wal hubb fillah

Makna Ukhuwah Fillah (Persaudaraan Karena Allah)
Ukhuwah fillah merupakan ikatan iman yang ditegakkan atas manhaj Allah, yang memancar dari rasa ketakwaan dan bermuara kepada pengendalian yang kokoh dengan talinya. Ukhuwah fillah ini dapat menimbulkan beberapa sikap positif dalam hal rasa cinta yang saling melengkapi. Dan menghindari hal-hal negatif seperti menjauhkan diri dari segala yang menyebabkan mudharat dalam diri dan dalam harta benda. Oleh karena itu maka tidak ada persaudaraan yang sejati tanpa adanya iman dan tidak adanya iman tanpa persaudaraan.
Tujuan terpenting dari ukhuwah Islamiyah itu sendiri :
1. Persamaan hak (QS. 49: 13)
2. Saling membantu – At Ta’awun (QS. 5: 2)
3. Cinta kasih karena Allah – Al Hubbfillah

Keutamaan dan Kedudukan Ukhuwah Disisi Allah Swt
Sesungguhnya keutamaan ukhuwah dan kenikmatan Islam adalah bahwa Allah swt telah mempersatukan di antara hati manusia dan mempersatukan jiwa-jiwa manusia setelah keadaan jauh dan saling bercerai berai, kemudian Allah berkenan mengembalikan kebajikan kepada manusia dan manusia diselamatkan dari api neraka. Kemudian diberikan-Nya kepada manusia suatu kewajiban untuk beramal di jalan kebajikan (QS. 3: 104).
Persaudaraan dan persatuan tidak lain merupakan buah dari kebajikan akhlak, sedangkan perselisihan tidak lain merupakan hasil dari kebejatan akhlak. Di dalam islam keutamaan akhlak yang bagus adalah tidak disembunyikan (QS. 68: 4).

Jalan menuju terbentuknya ukhuwah fillah
Dua jalan penting supaya seorang hamba dapat sampai kepada ukhuwah adalah :
1. Iman, berhukum dengan Al-quran pada setiap persoalan dan mengambil sunnah rasul sebagai undang-undang hidup
2. Membudayakan salam

Tolak ukur dan persyaratan ukhuwah fillah
Terdapat 3 sifat pokok dalam ukhuwah fillah, yaitu saling membantu dalam kehidupan, bersekutu dalam menghadapi permasalahan dan perlindungan dari mengingat Allah swt.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai ukhuwah fillah adalah :
1. Menjadikan ukhuwah itu ikhlas karena Allah swt semata.
2. Menjadikan ukhuwah yang berhubungan pertaliannya disadarkan pada iman dan takwa
3. Menjadikan ukhuwah yang dijalaninya itu selalu komit terhadap manhaj Islam dengan mengikuti kitabullah dan sunnah Rasul-Nya serta menjauhkan diri dari khurafat dan bid’ah
4. Menjadikan ukhuwah itu selalu berpegang teguh pada nasihat menasihati karena Allah
5. Menjadikan ukhuwah berdiri tegak di atas dasar ta’awun, takaful, baik dalam keadaan sempit maupun lapang

Hak-Hak dan Kewajiban Ukhuwah
Hak-hak ukhuwah dalam Islam terbagi 2 yaitu :
1. Hak-hak umum
Yaitu hak-hak persaudaraan yang mewajibkan setiap muslim untuk menghormati saudaranya sesama muslim, dengan bersumberkan dari semangat keislaman yang tinggi dan berdiri tegak di atas prinsip-prinsip kemasyarakatan yang mulia. Hak-hak umum yang terpenting adalah menyebarkan salam, menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, memohonkan doa, mendoakan yang bersin, menolong yang dizalimi, menolong yang kesusahan, ikhlas nasihat, menutupi aib yang lainnya, dan lain-lain
2. Hak-hak khusus
Hak-hak khusus yang terpenting adalah :
a. hak saudaramu dalam hartamu
b. hak saudaramu dalam dirimu
c. hak saudaramu dalam lisanmu
d. hak saudaramu dalam hatimu
e. hak saudaramu atasmu agar engkau tidak memberi beban yang memberatkannya
f. hak saudaramu darimu atas mencintai yang bermanfaat baginya dan membenci kepada hal yang mudharat baginya
g. hak saudaramu darimu untuk saling menghapuskan kesalahan-kesalahannya dan menutupi cela-celanya serta menjaga ghibah
h. hak saudaramu atasmu agar menjadi penolong baginya
i. hak saudaramu atasmu untuk saling mengampuni dan memohon maaf baginya

Tata Cara dan Wasilah-Wasilah untuk Memperkokoh Ukhuwah
Ada beberapa cara praktis sebagai panduan untuk tercapainya kekokohan ruh ukhuwah, yaitu :
1. Memberi tahu kepada saudara yang dicintainya

“Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaknya ia memberi tahu kepadanya.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
2. Memanjatkan doa untuknya dari kejauhan ketika mereka saling berpisah
3. Bila anda berjumpa dengan saudara yang lain maka tunjukkanlah senyum kegembiraan dan manis muka
4. Berjabat tangan bila bertemu
5. Menyempatkan diri untuk mengunjungi saudaranya
6. Menyampaikan ucapan selamat berkenaan dengan sukses yang dicapai saudaranya
7. Memberikan hadiah yang bersifat insidental
8. Menaruh perhatian terhadap keperluan saudaranya
9. Menegakkan hak-hak ukhuwah saudaranya

Buah yang dihasilkan dari ukhuwah
Buah yang dapat dipetik dari ukhuwah fillah adalah :
1. Hatinya penuh dengan kebahagiaan
2. Allah melimpahkan rahmat, kasih sayang dan menghindarkannya dari siksa api neraka
3. Memperoleh rasa aman dak kebahagiaan sejati serta memperoleh ridha Allah
4. Merasakan dan menikmati kecintaan Allah dan Rasul-Nya
5. Dirinya telah menjadi pohon rindang keimanan yang berdaun lebat dan berbunga semerbak penuh keberkahan Ilahi
6. Memperoleh keselamatan
7. Mahabbah fillah merupakan taufik di dunia dan keridhaan Allah di akhirat kelak
8. Dapat ditambahnya tingkatan surga
9. Hatinya merasa tentram, aman, dan damai dari segala keresahan dan wajahnya akan bersinar di hari kiamat
10. Di hari kiamat ia akan bersama-sama dengan orang-orang yang telah diberi kenikmatan oleh Allah dan para rasul-Nya, para nabi, para syuhada, dan para shalihin
11. Ukhuwah merupakan jembatan menuju penerimaan Allah yang menuju kepada hidayah dan kesuksesan
12. Sesungguhnya Al-Hub fillah menunjukkan kesempurnaan diin seseorang dan merupakan kebahagiaan sejati baginya dan sekaligus menunjukkan rasa takutnya kepada Allah swt
13. Ukhuwah merupakan persahabatan yang membawa manfaat sekaligus merupakan langkah perjalanan yang baik dan indah serta membawa kebahagiaan
14. Memperoleh pahala yang besar
15. Disediakan baginya surga yang penuh kenikmatan

Ukhuwah di dalam masyarakat Islam periode pertama
Masyarakat Islam periode pertama terbagi atas dua periode yaitu masyarakat Mekah dan Madinah Al-Munawarah.
1. Masyarakat Mekkah
“Ikatan ukhuwah adalah sebaik-baik ikatan sebagai bentuk ketergantungan yang hakiki, yang dengannya akan semakin menambah kokohnya ikatan darah, ikatan nasab dan ikatan lainnya yang disertai keistimewaan-keistimewaannya.”
Di dalam masyarakat Mekah, sebelum masuk Islam, masyarakat Arab berdiri di atas nasab keturunan. Tapi setelah rasul menyebarkan islam, masyarakat hidup di atas prinsip wihdatul aqidah (kesatuan akidah) dan wihdatul ghayah (kesatuan tujuan) sehingga semuanya itu akan membentuk wihdatul syu’ur (kesatuan perasaan) yang dapat membawa tingkat ukhuwah yang sebenar-benar ukhuwah. Masyarakat islam itu berdiri atas asas takaful (melengkapi), takamul (menyempurnakan), dan tafahum (Memahami).
Wujud real dari keindahan ukhuwah Islamiyah :
1. Pemerataan ekonomi (at-takaful iqtishadi)
• Pembebasan budak seperti Abu Bakar yang membebaskan Bilal dari perbudakan yang tidak semestinya karena perasaan seiman dan seakidah yang mereka miliki karena Allah
• Rasulullah saw yang rela bersama pengikutnya dalam menghadapi kelaparan karena pemboikotan ekonomi oleh kaum quraisy
2. Menolak perlindungan dari musuh
Ustman bin Matghun rela menolak perlindungan dari al-wahid dan lebih memilih bergabung bersama saudaranya seiman yang mengutamakan perlindungan dan cinta dari Allah
3. Tebusan
Ali bin Abi Thalib rela menggantikan Rasulullah saw yang sedang dikejar-kejar musuh dengan tidur di tempat tidur rasulullah saw

2. Masyarakat Madinah
Dalam masyarakat madinah, rasul mempererat ukhuwah antara kaum muhajirin dengan kaum anshar, melalui sistem akhawain yaitu berpasang-pasangan di antara akhwat atau ikhwah. “Bersaudaralah kalian karena Allah dua-dua.” Maksudnya antara yang satu dengan yang lain saling memberi dan melengkapi tanpa mengharap imbalan apapun karena “Rasa kasih diibaratkan seperti air yang memancar keluar dengan kekuatannya sendiri, tidak perlu disedot dengan penghisap lain”
Dengan ukhuwah islamiyah, suatu peradaban dan penyebaran islam dapat berkembang pesat dan menempatkan ikatan iman dan ukhuwah sebagai prinsip bercinta dan bersaudara karena Allah. Menurut Prof. Syebriel, dekan fakultas hukum Universitas Viena, “Mestinya sejarah berterimakasih kepada Muhammad saw karena meskipun beliau buta huruf namun beliau adalah pembawa undang-undang terbaik sepanjang masa.”
Maka sudah sepantasnya kita sebagai umat rasulullah saw mengutamakan ukhuwah yang sebenar-benar ukhuwah

Ukhuwah ISlamiyah: Akhlak dalam bersaudara dan bertetangga

Tugas Diskusi:
Allah swt berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 10-13:
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Alur diskusi:
1. Apa yang dimaksud dengan ukhuwah ?
2. Mengapa dalam ayat tersebut Allah menyuruh berdamai anatara dua orang mukmin ?
3. Akhlak apa saja yang dapat merusak ukhuwah ?
4. Mengapa akhlak tersebut menyebabkan rusaknya ukhuwah !
5. Mengapa orang yang menghibah disebut seperti memakan bangkai saudaranya !
6. Apa tujuan diciptakan manusia berbeda-beda !
7. Mengapa takwa yang dilihat Allah dalam perbedaan manusia !
8. Bagaimana kita mengaplikasikan ukhuwah dalam kehidupan, apalagi dalam kehidupan pendidikan !

Ukhuwah ISlamiyah: Akhlak dalam bersaudara dan bertetangga

UTS : Al Islam , MTK, Ekonomi, Bahasa Inggris, Sejarah

Aturan Mengerjakan:
a. Ikhlaskanlah hati anda untuk menjadikan UTS sebagai sarana menambah ilmu Allah dengan cara berdoa kepada-Nya.
b. Yakinlah Allah melihat Anda
c. Jangan Contekan, dan kerjakanlah dengan sebaik-baiknya
d. Kirim jawaban anda ke email : ibnuummi@gmail.com, paling lambat hari jum'at jam 17.00 atau ke face book ust.
e. USahakan setiap mahasiswa memiliki email pribadi

Essay;
1. Bagaimanakah keadaan Manusia di dunia kalau tidak ada akhlak ? jelaskan !
2. Apakah Perbedaan akhlak, moral dan etika ! Jelaskan definisi masing-masing kemudian bedakan satu sama lainya !
3. Apakah akhlak tertinggi kepada Allah ? Jelaskan !tuliskan beberapa ayat yang berkaitan dengan akhlak tersebut !
4. Berakhlak kepada rasulullah saw, dapat diakronimkan menjadi IDOLA; jelaskan akronim tersebut dan berilah contoh-contohnya !
5. Akhlak kepada diri sendiri menjadi syarat sukses hidup ini, bagaimanakah cara kita berakhlak kepada diri sendiri ? jelaskan !
6. Sudahkah anda melaksanakan Sholat dengan baik, teratur dan tepat waktu !

------------------------Selamat Mengerjakan----------------------------------
***********************Allah swt melihat anda, yang contekan hatinya panuan*********

Minggu, 21 November 2010

Kisah Ibrahim, Hajar, Ismail:" Peletak Peradaban Islam"

“Dan ketika Ibrahim diuji Rabbnya dgn beberapa kalimat lalu Ibrahim menunaikannya..” . Allah memerintah Ibrahim as berhijrah ke Mekah. Perintah ini bukan kali pertama bagi Ibrahim. Sebelumnya beliau telah menunaikan hijrah beberapa kali dari Babilon ke Palestina; dari Palestina ke Mesir; dari Mesir ke Palestina lagi. Semua beliau lakukan demi risalah suci. Hijrah ke Mekah kemudian menjadi peristiwa yg monumental di dalamnya syarat dgn pelajaran utk sebuah pengorbanan sejati. Sekurang-kurangnya ada tiga aktor yg berperan penting Ibrahim Hajar Isma’il. Ketinganya mewakili tiga unsur keluarga bapak istri dan anak. Adalah Ibrahim as yg sudah berumur mengharapkan keturunan. Allah kemudian memberinya Isma’il. Bukan main girang dan bersyukurnya Ibrahim ia mendapat karunia yg selama ini selalu dimintanya. Sampai akhirnya datang perintah hijrah ke tempat yg kini dikenal dgn Mekah. Ibrahim Hajar dan Isma’il pergi menuju padang gersang yg tak bertuan itu. Tiada penduduk tiada tempat tinggal tiada tanaman tiada air. Di tempat itulah Ibrahim rela meninggalkan istri dan bayinya. Semua ia lakukan demi perintah Allah. Tak banyak bekal yg beliau tinggalkan kecuali seteko air dan sekantong makanan. Ibnu Katsir menceritakan saat Nabi Ibrahim hendak berlalu sang istri menarik tali kekang tunggangannya dan bertanya “Apakah Kanda akan meninggalkanku bersama anakmu di tempat yg tiada tanaman lagi ?” Ibrahim as terdiam. Hajar mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali dan tetap saja Ibrahim diam. Sampai akhirnya Hajar mengganti pertanyaan “Apakah Allah yg memerintahkanmu melakukan hal ini?” “Benar” jawab Ibrahim. Hajar menimpali “Jika demikian Allah tidak akan mempersulit kami.” Sungguh sebuah dialog yg menusuk hati. Merefleksikan kedalaman iman. Tercermin ketundukan sekaligus pengorbanan yg menakjubkan. Berhijrah meninggalkan kemapanan dan barangkali rumah pekerjaan sanak keluarga serta nilai materi dunia lain menuju tempat yg gersang tak bertuan tak ada jaminan keamanan tidak juga makanan dan minuman apalagi sanak keluarga dan handai taulan. Sebuah sikap dan keputusan yg memancarkan nilai tawakal dan iman yg begitu tinggi bahwa hanya Allah yg Maha Menghidupkan Maha Mematikan Maha Memberi Rezeki. Meyakini dan mewujudkan keyakinan tersebut dalam praktik tentu tidak semudah meyakininya dalam teori. Tidak semudah menghafal lafaz-lafaz asmaul husna. Ibrahim beserta keluarga tidak sedang berteori tetapi tangah mengartikulasikan sebuah teori. Sampai akhirnya terjadilah peristiwa bersejarah. Perbekalan air dan makanan Hajar habis. Isma’il a.s. menagis kehausan krn ibunya tak lagi dapat mengeluarkan ASI. Sang ibu kelabakan ia berlari berusaha mencari air di antara Bukit Shofa dan Marwa. Usahanya tak menuai hasil. Terjadilah mukjizat isma’il menjejakkan kakinya dan terpancarlah air. Hajar berseru “Zummi? zummi? .” Sang air kemudian mengumpul jadilah ia telaga zam-zam. Dalam syariat haji kesabaran dan keyakinan keluarga Ibrahim diabadikan dalam amal sa’i. Selesaikah ujian? ternyata belum. Ketika Isma’il menginjak dewasa dan sampai pada umur sanggup berusaha bersama ayahnya Ibrahim mendapat wahyu utk menyembelih sang anak. Ibrahim berkata “Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Sungguh sebuah perintah yg tiada terkira pengorbanannya baik bagi sang bapak maupun sang anak. Keimanan keduanya ditantang. Pernyataan Isma’il sungguh memukau “Ia menjawab ‘Hai Bapakku kerjakan apa yg diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yg sabar’.” . Akhirnya perintah itu ditunaikan. Saat Ibrahim hendak menyembelih anak kesayangannya setan datang mengganggu. Ibrahim sadar akan gangguan maka dilemparlah setan dgn batu. Gangguan terjadi hingga tiga kali. Peristiwa ini diabadikan dalam syariat haji berupa “lempar jumrah”. Ketika mata pisau Ibrahim hendak menyentuh leher Isma’il Allah menahan mata pisau itu dan menggantikannya dgn seekor domba. Kisah ini dikenang dalam syariat penyembelihan hewan kurban pada tiap musim haji. Demikian Ibrahim as sang suri tauladan. Kecintaan yg purna terhadap Allah menghantarkan ia lulus ujian. “Dan ketika Ibrahim diuji Rabnya dgn beberapa kalimat lalu Ibrahim menunaikannya..” . Kisah di atas hanya salah satu bentuk ujian baginya. Sebelumnya Ibrahim juga menghadapi ujian-ujian yg luar biasa. Dan Ia selalu lulus. Para Mufassir banyak menyebutkan bentuk-bentuk ujian Ibrahim dan ia selalu sukses menjalaninya. Bukan hanya Ibrahim yg mencontohkan pengorbanan di atas. Istri dan anaknya demikian juga. Sungguh sebuah komposisi yg ideal ada teladan seorang bapak teladan seorang istri dan teladan seorang anak. Ketiganya adl pilar sebuah keluarga. Baik buruknya sebuah keluarga menjadi kunci utama baik buruknya sebuah masyarakat. Karena masyarakat terbangun atas sekumpulan keluarga demikian seterusnya. Sungguh tak terbayang betapa indah sebuah bangunan masyarakat jika unsur-unsur masyarakatnya adl manusia terdidik seperti terdidiknya keluarga Ibrahim? Manusia-manusia bertauhid yg meletakkan kecintaan terhadap Allah di atas segala-galanya? Kisah pengorbanan Ibrahim sekeluarga menjadi “monumen” sejarah. Ia selalu diperingati tiap tahun dalam syari’at haji dan kurban pada tiap Dzulhijjah. Bukan tanpa maksud melainkan utk ditauladani. Dari sini masing-masing dapat bermuhasabah sudahkah kecintaan kita terhadap Allah berada di atas segala-galanya melebihi cinta kita terhadap pekerjaan tempat tinggal dan harta? melebihi cinta kita terhadap anak istri bahkan kedua orang tua? melebihi cinta kita terhadap yg paling berharga dalam hidup nyawa kita? Semua berpulang pada diri kita. Masing-masing pribadi yg tahu jawabannya. Wallahu a’lam bish shawab.
Ibroh dari Kisah :
1. Dalam membentuk pribadi yang sukses adalah mencontoh Tiga Karakter Di atas: yaitu mengedepankan rasa Yakin yang dalam, Cinta Kepada Allah melebihi cinta kepada yang keluarga bahkan kesenangan pribadinya, dan kepasrahan total hanya memohon kepada Allah serta ikhtiyar yang kuat untuk mencapai kesuksesan
2.Dalam Kehidupan berkeluarga tiga karakter diatas adalah contoh keluarga yang sangat baik karena, adanya keteladan ayah yang kuat , sabar dan cinta kepada Allah swt, adanya Istri yang tabah dan taat kepada suami serta mendukung penuh suaminya dalam melaksanakan perintah Allah swt, serta anak yang sholih, sabar dan mentaati perintah orang tuanya sebgai implementasi perintah Allah swt, walaupun kesenanganya harus dikorbankan
3.dalam kehidupan berbangsa, sebuah bangsa akan mengalami sebuah kesuksesan dalam membangun peradaban, ketika ada tiga karakter diatas, Pemimpin yang Sholih, mengedepankan kepentingan Allah dari diri, keluarganya, Wanita yang sholihah yang mampu mendidik generasi sholih, dengan kekuatan dan kesabaranya,serta pemuda yang taat beribadah kepada Allah swt dan rela mengorbankan jiwanya untuk berjuang di jalan Allah swt, dan berbakti kepada orang tuanya walaupun harus ditinggal ayah demi perintah Allah swt.
Hasil dari kisah ini adalah lahirnya negeri yang Allah swt nashkan sebagai negeri yang aman tentram, makkah sebagai pusat Islam dan pusat kejayaan islam.
Indonesia ketika ingin membangun peradaban mulia ini maka harus mencontoh apa yang dilakukan oleh Ibrahim, Hajar dan isma'il.
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Rabu, 10 November 2010

Tugas Diskusi Smester v KPI/PAI

Tugas Diskusi Smester v KPI/PAI:
1. Diskusikan makalah ini, kemudian ambil kesimpulan-kesimpulan
2. Diskusikanlah contoh-contoh setiap poin, dan catatlah semua
3. Catatlah kata-kata kunci dan istilah asing, kemudian jelaskan maksudnya.
4. hasil diskusi kirim ke email " ibnuummi@gmail.com, terakhir nanti jam 5.30 sore.
Prinsip-prinsip hukum Islam
Di ambil dari makalah Farhan
Prinsip-prinsip hukum Islam menurut Juhaya S. Praja sebagai berikut:
1. Prinsip Tauhid
Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa semua manusia ada dibawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat La’ilaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik dari firman Allah QS. Ali Imran Ayat 64. Berdasarkan atas prinsip tauhid ini, maka pelaksanaan hukum Islam merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan manusia dan penyerahan dirinya kepada Allah sebagai manipestasikesyukuran kepada-Nya. Dengan demikian tidak boleh terjadi setiap mentuhankan sesama manusia dan atau sesama makhluk lainnya. Pelaksanaan hukum Islam adalah ibadah dan penyerahan diri manusia kepada keseluruhan kehendak-Nya.
Prinsip tauhid inipun menghendaki dan memposisikan untuk menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-Qur‟an dan As-Sunah). Barang siapa yang tidak menghukumi dengan hukum Allah, maka orang tersebut dapat dikateegorikan kedalam kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq (Q.S. ke 5 Al-Maidah : 44, 45 dan 47).
Dari prinsip umum tauhid ini, maka lahirlah prinsip khusus yang merupakan kelanjutan dari prinsip tauhid ini, umpamanya yang berlaku dalam fiqih ibadah sebagai berikut :
• Prinsip Pertama : Berhubungan langsung dengan Allah tanpa perantara — Artinya bahwa tak seorang pun manusia dapat menjadikan dirinya sebagai zat yang wajib di sembah.
• Prinsip Kedua : Beban hukum (takli’f) ditujukan untuk memelihara akidah dan iman, penyucian jiwa (tajkiyat al-nafs) dan pembentukan pribadi yang luhur — Artinya hamba Allah dibebani ibadah sebagai bentuk/aktualisasi dari rasa syukur atas nikmat Allah.
Berdasarkan prinsip tauhid ini melahirkan azas hukum Ibadah, yaitu Azas kemudahan/meniadakan kesulitan. Dari azas hukum tersebut terumuskan kaidah-kaidah hukum ibadah sebagai berikut :
• Al-ashlu fii al-ibadati tuqifu wal ittiba’ — yaitu pada pokoknya ibadah itu tidak wajib dilaksanakan, dan pelaksanaan ibadah itu hanya mengikuti apa saja yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya ;
• Al-masaqqah tujlibu at-taysiir — Kesulitan dalam melaksanakan ibadah akan mendatangkan kemudahan
2. Prinsip Keadilan
Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mi’za’n (keseimbangan/ moderasi). Kata keadilan dalam al-Qur‟an kadang diekuifalensikan dengan al-qist. Al-mizan yang berarti keadilan di dalam Al-Qur‟an terdapat dalam QS. Al-Syura: 17 dan Al-Hadid: 25.
Term „keadilan‟ pada umumnya berkonotasi dalam penetapan hukum atau kebijaksanaan raja. Akan tetapi, keadilan dalam hukum Islam meliputi berbagai aspek. Prinsip keadilan ketika dimaknai sebagai prinsip moderasi, menurut Wahbah Az-Zuhaili bahwa perintah Allah ditujukan bukan karena esensinya, seba Allah tidak mendapat keuntungan dari ketaatan dan tidak pula mendapatkan kemadaratan dari perbuatan maksiat manusia. Namun ketaatan tersebut hanyalah sebagai jalan untuk memperluas prilaku dan cara pendidikan yang dapat membawa kebaikan bagi individu dan masyarakat.(10)
Penggunaan term “adil/keadilan” dalam Al-Quran diantaranya sebagai berikut :
• QS. Al-Maidah : 8 — Manusia yang memiliki kecenderungan mengikuti hawa nafsu, adanya kecintan dan kebencian memungkinkan manusia tidak bertindak adil dan mendahulukan kebatilan daripada kebenaran (dalam bersaksi) ;
• QS. Al-An‟am : 152 — Perintah kepada manusia agar berlaku adil dalam segala hal terutama kepada mereka yang mempunyai kekuasaan atau yang berhubungan dengan kekuasaan dan dalam bermuamalah/berdagang ;
1. QS. An-Nisa : 128 — Kemestian berlaku adil kepada sesama isteri ;
2. QS. Al-Hujrat : 9 — Keadilan sesama muslim ;
3. QS. Al-An‟am :52 — Keadilan yang berarti keseimbangan antara kewajiban yang harus dipenuhi manusia (mukalaf) dengan kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban tersebut.
Dari prinsip keadilan ini lahir kaidah yang menyatakan hukum Islam dalam praktiknya dapat berbuat sesuai dengan ruang dan waktu, yakni suatu kaidah yang menyatakan elastisitas hukum Islam dan kemudahan dalam melaksanakannya sebagai kelanjutan dari prinsip keadilan, yaitu : ..
Artinya : Perkara-perkara dalam hukum Islam apabila telah menyeempit maka menjadi luas; apabila perkara-perkara itu telah meluas maka kembali menyempit.
Teori „keadilan‟ teologi Mu‟tazilah melahirkan dua terori turunan, yaitu :
1. al-sala’h wa al-aslah dan
2. al-Husna wa al-qubh.
Dari kedua teori ini dikembangkan menjadi pernyataan sebagai berikut :
1. Pernyataan Pertama : Allah tidaklah berbuat sesuatu tanpa hikmah dan tujuan” — perbuatan tanpa tujuan dan hikmah adalah sia-sia
2. Pernyataan Kedua : Segala sesuatu dan perbuatan itu mempunyai nilai subjektif sehingga dalam perbuatan baik terdapat sifat-sifat yang menjadi perbuatan baik. Demikian halnya dalam perbuatan buruk. Sifat-sifat itu dapat diketahui oleh akal sehingga masalah baik dan buruk adalah masalah akal.
3. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar
Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan ridloi Allah dalam filsafat hukum Barat diartikan sebagai fungsi social engineering hukum. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar didasarkan pada QS. Al-Imran : 110, pengkategorian Amar Makruf Nahi Mungkar dinyatakan berdasarkan wahyu dan akal.
4. Prinsip Kebebasan/Kemerdekaan
Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama/hukum Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan, demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip hukum Islam adalah kebebasan dl arti luasyg mencakup berbagai macamnya, baik kebebasan individu maupun kebebasan komunal. Keberagama dalam Islam dijamin berdasarkan prinsip tidak ada paksaan dalam beragama (QS. Al-Baqarah : 256 dan Al-Kafirun: 5)
5. Prinsip Persamaan/Egalite
Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi Madinah (al-Shahifah), yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan penghisapan darah manusia atas manusia. Prinsip persamaan ini merupakan bagian penting dalam pembinaan dan pengembangan hukum Islam dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi bukan berarti tidak pula mengenal stratifikasi sosial seperti komunis.
6. Prinsip At-Ta‟awun
Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia yang diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan dan ketakwaan.
7. Prinsip Toleransi
Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan ummatnya — tegasnya toleransi hanya dapat diterima apabila tidak merugikan agama Islam.
Wahbah Az-Zuhaili, memaknai prinsip toleransi tersebut pada tataran penerapan ketentuan Al-Qur‟an dan Hadits yang menghindari kesempitan dan kesulitan, sehingga seseorang tidak mempunyai alasan dan jalan untuk meninggalkan syari‟at ketentuan hukum Islam. Dan lingkup toleransi tersebut tidak hanya pada persoalan ibadah saja
tetapi mencakup seluruh ketentuan hukum Islam, baik muamalah sipil, hukum pidana, ketetapan peradilan dan lain sebagainya

SOAL MID AL-ISLAM II FKIP SMSTER III

ETIKA MENGERJAKAN:
1. Ikhlaslah dan berdo'alah
2. kerjakanlah sesuai dengan kemampuan anda jangan pernah anda menyontek karena itu kecurangan
3. telitilah dengan baik
4. berilah nama, npm prodi, dan hasil jawaban anda kirim ke email ust. ibnuummi@gmail.com
5. pengumpulan terakhir tanggal 12 November 2010, sudah masuk di email ust.

soal;

1. apa yang dimaksud dengan akhlak, sebutkan pembagian akhlak dalam islam ?
2. Akhlak kepada Allah adalah taqwa, apa yang dimaksud dengan taqwa dan apa faidah dari taqwa dalam kehidupan manusia ?
3. Bagaimanakah kita berakhlak kepada rasulullah saw? jelaskan dengan baik !
4. Carilah ayat dalam al-qur'an yang menunjukan manusia adalah makhluk paling sempurna, tulis terjemahanya, dan jelaskan maksud dari kesempurnaan tersebut !
5. sudahkah anda beribadah kepada Allah, terutama sholat fardhu !

selamat mengerjakan
Allah melihat anda, yang nyontek hatinya panuan



tertanda


Abu Aisyah Zaid