Minggu, 05 Desember 2010

Evaluasi dan rekam Jejak Lulusan KPI 2005-2010

Assalaumu'alaikum Wr.Wb
Wa ba'du, akhi semua kami mohon untuk mengisi form ini guna akreditasi prodi KPI, dan data ini dikirim di email saya: ibnuummi@gmail.com, secepatnya ya?

1. Tolong ini diberikan ditempat kerja:

REKAM JEJAK LULUSAN KPI FAI UM METRO
DARI PIHAK PENGGUNA


NAMA PENGGUNA :…………………………………………….
NAMA LULUSAN :……………………………………………

1. bagaimana integritas diri lulusan KPI:
a. sangat baik b. baik c. cukup d. kurang
2. bagaimana Keahlian berdasarkan bidang ilmu (profesionalisme
a. sangat baik b. baik c. cukup d. kurang
3. Bagaimana kemampuan Bahasa Inggris
a. sangat baik b. baik c. cukup d. kurang
4. Bagaimana kemampuan Penggunaan Teknologi Informasi
a. sangat baik b. baik c. cukup d. kurang
5. bagaimana kemampuan Komunikasi
a. sangat baik b. baik c. cukup d. kurang
6. bagaimana kemampuan Kerjasama tim
a. sangat baik b. baik c. cukup d. kurang
7. Bagaimana kemampuan Pengembangan diri
a. sangat baik b. baik c. cukup d. kurang
8. Apakah Saran anda untuk kemajuan KPI FAI UM Metro?

2. Tolong diisi oleh alumni:

REKAM JEJAK LULUSAN KPI FAI UM METRO


Nama Alumni :

1. Apakah saran anda kepada prodi KPI untuk kemajuan kedepan ?
Jawab:




2. Bagaimanakah saran anda dengan proses pembelajaran yang telah anda rasakan ?
Jawab:




3. Apakah yang dapat anda berikan dalam memajukan KPI FAI UM Metro ?
Jawab:




4. Berapa waktu tunggu anda untuk memperoleh pekerjaan yang pertama = … bulan
Jawab:




5. Apakah anda bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahliannya ? apa pekerjaanya ?
Jawab:



atas bantuanya kami ucapkan terima kasih

Senin, 29 November 2010

Materi diskusi kelompok: Al Islam FKIP tentang akhlak guru dan Murid

Tugas Diskusi bagi Mahasiswa prodi Pendidikan Ekonomi Semster 3:
1. Buatlah Kelompok 8 orang per kelompok
2. Memahami dan menganalisis apa isi dari artikel tersebut
3. Membuat catatan-catatan diskusi dalam setiap poin, kemudian buat kesimpulan
4. Kelompok dipimpin oleh ketua, ada notulen yang menulis segala proses diskusi
5. Kirim hasil diskusi di email saya :ibnuummi@gmail.com
6. Catatan manual diserahkan dipertemuan yang akan dating
7. Tulis kelompok dalam email, sebgai absenya


Adab dan Akhlaq dalam Menuntut Ilmu
Adab , Akhlak dalam Menuntut Ilmu, dan gurunya
Diambil dari artikel Ade Nurdiansyah, S.Pd
Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat.
Baik atau buruknya suatu ilmu, bukan karena ilmunya, melainkan karena niat dan tujuan si pemiliki ilmu. Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau dimiliki oleh orang jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau membelah ikan.
Di bawah ini merupakan metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah
1. Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia semata. Niatkan bahwa dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah. Memohonlah kepada Allah agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat. Memohonlah kepada Allah agar kita terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan menyesatkan.
2. Selalu minta restu dan ridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati dan santun kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.
3. Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari suasana hati. Ingatlah... bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.
4. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.
5. Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
6. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian hidup.
Jangan menjadi manusia yang berilmu (pintar) tetapi zolim. Dan jangan pula menjadi manusia yang taat beribadah (sholeh) tapi bodoh. Ilmu tanpa didasari dengan keimanan, maka dengan ilmu tersebut manusia akan berbuat kerusakan dan kezoliman. Iman tanpa didasari dengan ilmu, maka keimanannya bersifat semu, hanya sebuah khayalan dan sugesti belaka, begitupun ibadahnya hanya bersifat ikut-ikutan. Oleh karena itu, raihlah kesuksesan dengan 2 sayap, iman dan ilmu. Insya Allah... kesuksesan yang kita raih bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Menuntut ilmu tidaklah mudah, tetapi juga tidak sulit. Dalam menuntut ilmu dibutuhkan keyakinan, kesabaran, kesungguhan, dan pengorbanan. Kita harus meyakini bahwa kita pasti bisa memahami suatu ilmu/pelajaran. Kita harus bersabar, karena untuk memahami suatu ilmu sampai tuntas memerlukan waktu yang lama. Kita harus sungguh-sungguh, karena hanya dengan kesungguhan suatu ilmu dapat kita miliki. Kita harus mempunyai jiwa berkorban, karena untuk meraih ilmu perlu tenaga dan biaya.
Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:
1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
2. tidak berbuat maksiat
3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
7. membiarkan diri lapar ketika sedang belajar (rajin berpuasa)

Adab murid kepada guru
• menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
• tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
• jujur dan setia bersama guru
• bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
• hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
• tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
• tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
• berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
• selalu berusaha menyenangkan hati guru
• memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
• berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
• membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan kepada mereka
• tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
• tidak terbahak-bahak di depan guru
• tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
• selalu duduk dalam sikap sopan
• berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru
Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata, "aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf ". Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.
Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, "Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu." Subhanallah... begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.

Adab murid kepada sesama murid
• menghormati dan memuliakan sesama murid dengan tulus dan ikhlas
• hendaknya memberikan nasehat kepada sesama murid dengan kerendahan hati dan bebas dari kesombongan ( amar ma’ruf nahi munkar )
• selalu berbaik sangka kepada sesama murid dan tidak mencari-cari keburukan mereka
• tidak menyakiti hati sesama murid
• hendaknya menerima permintaan maaf sesama murid apabila mereka memintanya
• selalu membantu sesama murid dalam suka maupun duka
• bersikap rendah hati dan santun kepada sesama murid
• tidak meminta menjadi pemimpin mereka, hanya menjadi sesama saudara dengan mereka
• lapang dada dalam perbedaan pendapat yang mungkin terjadi di antara sesama murid
ADAB MURID TERHADAP GURU
Merujuk pada kitab Bidayatul Hidayah Imam Ghozali.
Jika engkau seorang santri/murid, maka beradablah kepada gurumu dengan adab yang mulia. Adab-adab tersebut adalah;
• Mendahului salam dan penghormatan kepadanya.
* Tidak banyak berbicara di hadapannya.
* Tidak berbicara sebelum guru bertanya dan tidak bertanya sebelum mohon izin darinya.
* Tidak menyampaikan sesuatu yang menentang pendapatnya atau menukil pendapat ulama lain yang berbeda dengannya.
* Tidak mengisyaratkan sesuatu yang berbeda dengan pendapatnya sehingga engkau merasa lebih benar darinya.
* Tidak bermusyawarah dengan seseorang di hadapannya dan tidak banyak menoleh ke berbagai arah, tetapi sebaiknya engkau duduk di hadapannya dengan menundukkan kepala, tenang, penuh adab seperti saat engkau melakukan shalat.
* Tidak banyak bertanya kepadanya saat dia lelah atau sedang susah.
* Ikut berdiri ketika dia bangun dari duduk.
* Tidak bertanya ketika ia di jalan sebelum sampai di rumah.
* Tidak berburuk sangka kepada guru dalam tindakannya yang engkau anggap munkar secara lahir, karena pasti dia lebih memahami rahasia-rahasia dirinya sendiri.

Hendaknya engkau mengingat kisah Nabi Musa AS saat berguru kepada Nabi Khidir AS dan saat Musa melakukan kesalahan dengan ingkar kepadanya hanya karena berdasar kepada hukum zhahir(terlihat mata).
Allah menukil ucapan Nabi Musa kepada Nabi Khidir tersebu dalam firman-Nya Q.S Al-Kahfi ayat 17 :”Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat sesuatu kesalahan”.
(Nabi Musa AS telah dianggap salah dalam ingkarnya karena berpegang pada hukum yang zhahir).
Adab murid kepada pelajaran
• niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar
• diniatkan bahwa belajar ( menuntut ilmu ) itu untuk menghilangkan kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya
• menghormati dan memuliakan buku pelajaran ( kitab ) dengan tulus dan ikhlas
• menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran ( kitab )
• meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di tempat yang baik dan terhormat
• tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran ( ilmu )
• membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan
• selalu menulis atau mencatat pelajaran ( ilmu ) yang diperoleh
• meneliti sumber dan isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
• bersikap adil terhadap isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
• menjauhkan sifat malu yang berlebihan dalam proses memahami suatu pelajaran atau ilmu
Semoga ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha untuk selalu berbuat baik, memperhatikan adab dan berakhlak mulia. Insya Allah.... ilmu yang kita miliki dapat menyelamatkan kita di kemudian hari. Jika penuntut ilmu tidak memperhatikan bahkan meninggalkan adab dan akhlak, maka amal dan ilmunya tidak akan mendapatkan barokah dari Allah.
Allahu akbar ...!!!

Senin, 22 November 2010

UKHUWAH ISLAMIYAH PERSAUDARAAN ISLAM : PONDASI MEMBANGUN KEKUATAN ISLAM Dikutip dari ringkasan buku: al-ukhuwah wal hubb fillah

Makna Ukhuwah Fillah (Persaudaraan Karena Allah)
Ukhuwah fillah merupakan ikatan iman yang ditegakkan atas manhaj Allah, yang memancar dari rasa ketakwaan dan bermuara kepada pengendalian yang kokoh dengan talinya. Ukhuwah fillah ini dapat menimbulkan beberapa sikap positif dalam hal rasa cinta yang saling melengkapi. Dan menghindari hal-hal negatif seperti menjauhkan diri dari segala yang menyebabkan mudharat dalam diri dan dalam harta benda. Oleh karena itu maka tidak ada persaudaraan yang sejati tanpa adanya iman dan tidak adanya iman tanpa persaudaraan.
Tujuan terpenting dari ukhuwah Islamiyah itu sendiri :
1. Persamaan hak (QS. 49: 13)
2. Saling membantu – At Ta’awun (QS. 5: 2)
3. Cinta kasih karena Allah – Al Hubbfillah

Keutamaan dan Kedudukan Ukhuwah Disisi Allah Swt
Sesungguhnya keutamaan ukhuwah dan kenikmatan Islam adalah bahwa Allah swt telah mempersatukan di antara hati manusia dan mempersatukan jiwa-jiwa manusia setelah keadaan jauh dan saling bercerai berai, kemudian Allah berkenan mengembalikan kebajikan kepada manusia dan manusia diselamatkan dari api neraka. Kemudian diberikan-Nya kepada manusia suatu kewajiban untuk beramal di jalan kebajikan (QS. 3: 104).
Persaudaraan dan persatuan tidak lain merupakan buah dari kebajikan akhlak, sedangkan perselisihan tidak lain merupakan hasil dari kebejatan akhlak. Di dalam islam keutamaan akhlak yang bagus adalah tidak disembunyikan (QS. 68: 4).

Jalan menuju terbentuknya ukhuwah fillah
Dua jalan penting supaya seorang hamba dapat sampai kepada ukhuwah adalah :
1. Iman, berhukum dengan Al-quran pada setiap persoalan dan mengambil sunnah rasul sebagai undang-undang hidup
2. Membudayakan salam

Tolak ukur dan persyaratan ukhuwah fillah
Terdapat 3 sifat pokok dalam ukhuwah fillah, yaitu saling membantu dalam kehidupan, bersekutu dalam menghadapi permasalahan dan perlindungan dari mengingat Allah swt.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai ukhuwah fillah adalah :
1. Menjadikan ukhuwah itu ikhlas karena Allah swt semata.
2. Menjadikan ukhuwah yang berhubungan pertaliannya disadarkan pada iman dan takwa
3. Menjadikan ukhuwah yang dijalaninya itu selalu komit terhadap manhaj Islam dengan mengikuti kitabullah dan sunnah Rasul-Nya serta menjauhkan diri dari khurafat dan bid’ah
4. Menjadikan ukhuwah itu selalu berpegang teguh pada nasihat menasihati karena Allah
5. Menjadikan ukhuwah berdiri tegak di atas dasar ta’awun, takaful, baik dalam keadaan sempit maupun lapang

Hak-Hak dan Kewajiban Ukhuwah
Hak-hak ukhuwah dalam Islam terbagi 2 yaitu :
1. Hak-hak umum
Yaitu hak-hak persaudaraan yang mewajibkan setiap muslim untuk menghormati saudaranya sesama muslim, dengan bersumberkan dari semangat keislaman yang tinggi dan berdiri tegak di atas prinsip-prinsip kemasyarakatan yang mulia. Hak-hak umum yang terpenting adalah menyebarkan salam, menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, memohonkan doa, mendoakan yang bersin, menolong yang dizalimi, menolong yang kesusahan, ikhlas nasihat, menutupi aib yang lainnya, dan lain-lain
2. Hak-hak khusus
Hak-hak khusus yang terpenting adalah :
a. hak saudaramu dalam hartamu
b. hak saudaramu dalam dirimu
c. hak saudaramu dalam lisanmu
d. hak saudaramu dalam hatimu
e. hak saudaramu atasmu agar engkau tidak memberi beban yang memberatkannya
f. hak saudaramu darimu atas mencintai yang bermanfaat baginya dan membenci kepada hal yang mudharat baginya
g. hak saudaramu darimu untuk saling menghapuskan kesalahan-kesalahannya dan menutupi cela-celanya serta menjaga ghibah
h. hak saudaramu atasmu agar menjadi penolong baginya
i. hak saudaramu atasmu untuk saling mengampuni dan memohon maaf baginya

Tata Cara dan Wasilah-Wasilah untuk Memperkokoh Ukhuwah
Ada beberapa cara praktis sebagai panduan untuk tercapainya kekokohan ruh ukhuwah, yaitu :
1. Memberi tahu kepada saudara yang dicintainya

“Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaknya ia memberi tahu kepadanya.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
2. Memanjatkan doa untuknya dari kejauhan ketika mereka saling berpisah
3. Bila anda berjumpa dengan saudara yang lain maka tunjukkanlah senyum kegembiraan dan manis muka
4. Berjabat tangan bila bertemu
5. Menyempatkan diri untuk mengunjungi saudaranya
6. Menyampaikan ucapan selamat berkenaan dengan sukses yang dicapai saudaranya
7. Memberikan hadiah yang bersifat insidental
8. Menaruh perhatian terhadap keperluan saudaranya
9. Menegakkan hak-hak ukhuwah saudaranya

Buah yang dihasilkan dari ukhuwah
Buah yang dapat dipetik dari ukhuwah fillah adalah :
1. Hatinya penuh dengan kebahagiaan
2. Allah melimpahkan rahmat, kasih sayang dan menghindarkannya dari siksa api neraka
3. Memperoleh rasa aman dak kebahagiaan sejati serta memperoleh ridha Allah
4. Merasakan dan menikmati kecintaan Allah dan Rasul-Nya
5. Dirinya telah menjadi pohon rindang keimanan yang berdaun lebat dan berbunga semerbak penuh keberkahan Ilahi
6. Memperoleh keselamatan
7. Mahabbah fillah merupakan taufik di dunia dan keridhaan Allah di akhirat kelak
8. Dapat ditambahnya tingkatan surga
9. Hatinya merasa tentram, aman, dan damai dari segala keresahan dan wajahnya akan bersinar di hari kiamat
10. Di hari kiamat ia akan bersama-sama dengan orang-orang yang telah diberi kenikmatan oleh Allah dan para rasul-Nya, para nabi, para syuhada, dan para shalihin
11. Ukhuwah merupakan jembatan menuju penerimaan Allah yang menuju kepada hidayah dan kesuksesan
12. Sesungguhnya Al-Hub fillah menunjukkan kesempurnaan diin seseorang dan merupakan kebahagiaan sejati baginya dan sekaligus menunjukkan rasa takutnya kepada Allah swt
13. Ukhuwah merupakan persahabatan yang membawa manfaat sekaligus merupakan langkah perjalanan yang baik dan indah serta membawa kebahagiaan
14. Memperoleh pahala yang besar
15. Disediakan baginya surga yang penuh kenikmatan

Ukhuwah di dalam masyarakat Islam periode pertama
Masyarakat Islam periode pertama terbagi atas dua periode yaitu masyarakat Mekah dan Madinah Al-Munawarah.
1. Masyarakat Mekkah
“Ikatan ukhuwah adalah sebaik-baik ikatan sebagai bentuk ketergantungan yang hakiki, yang dengannya akan semakin menambah kokohnya ikatan darah, ikatan nasab dan ikatan lainnya yang disertai keistimewaan-keistimewaannya.”
Di dalam masyarakat Mekah, sebelum masuk Islam, masyarakat Arab berdiri di atas nasab keturunan. Tapi setelah rasul menyebarkan islam, masyarakat hidup di atas prinsip wihdatul aqidah (kesatuan akidah) dan wihdatul ghayah (kesatuan tujuan) sehingga semuanya itu akan membentuk wihdatul syu’ur (kesatuan perasaan) yang dapat membawa tingkat ukhuwah yang sebenar-benar ukhuwah. Masyarakat islam itu berdiri atas asas takaful (melengkapi), takamul (menyempurnakan), dan tafahum (Memahami).
Wujud real dari keindahan ukhuwah Islamiyah :
1. Pemerataan ekonomi (at-takaful iqtishadi)
• Pembebasan budak seperti Abu Bakar yang membebaskan Bilal dari perbudakan yang tidak semestinya karena perasaan seiman dan seakidah yang mereka miliki karena Allah
• Rasulullah saw yang rela bersama pengikutnya dalam menghadapi kelaparan karena pemboikotan ekonomi oleh kaum quraisy
2. Menolak perlindungan dari musuh
Ustman bin Matghun rela menolak perlindungan dari al-wahid dan lebih memilih bergabung bersama saudaranya seiman yang mengutamakan perlindungan dan cinta dari Allah
3. Tebusan
Ali bin Abi Thalib rela menggantikan Rasulullah saw yang sedang dikejar-kejar musuh dengan tidur di tempat tidur rasulullah saw

2. Masyarakat Madinah
Dalam masyarakat madinah, rasul mempererat ukhuwah antara kaum muhajirin dengan kaum anshar, melalui sistem akhawain yaitu berpasang-pasangan di antara akhwat atau ikhwah. “Bersaudaralah kalian karena Allah dua-dua.” Maksudnya antara yang satu dengan yang lain saling memberi dan melengkapi tanpa mengharap imbalan apapun karena “Rasa kasih diibaratkan seperti air yang memancar keluar dengan kekuatannya sendiri, tidak perlu disedot dengan penghisap lain”
Dengan ukhuwah islamiyah, suatu peradaban dan penyebaran islam dapat berkembang pesat dan menempatkan ikatan iman dan ukhuwah sebagai prinsip bercinta dan bersaudara karena Allah. Menurut Prof. Syebriel, dekan fakultas hukum Universitas Viena, “Mestinya sejarah berterimakasih kepada Muhammad saw karena meskipun beliau buta huruf namun beliau adalah pembawa undang-undang terbaik sepanjang masa.”
Maka sudah sepantasnya kita sebagai umat rasulullah saw mengutamakan ukhuwah yang sebenar-benar ukhuwah

Ukhuwah ISlamiyah: Akhlak dalam bersaudara dan bertetangga

Tugas Diskusi:
Allah swt berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 10-13:
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Alur diskusi:
1. Apa yang dimaksud dengan ukhuwah ?
2. Mengapa dalam ayat tersebut Allah menyuruh berdamai anatara dua orang mukmin ?
3. Akhlak apa saja yang dapat merusak ukhuwah ?
4. Mengapa akhlak tersebut menyebabkan rusaknya ukhuwah !
5. Mengapa orang yang menghibah disebut seperti memakan bangkai saudaranya !
6. Apa tujuan diciptakan manusia berbeda-beda !
7. Mengapa takwa yang dilihat Allah dalam perbedaan manusia !
8. Bagaimana kita mengaplikasikan ukhuwah dalam kehidupan, apalagi dalam kehidupan pendidikan !

Ukhuwah ISlamiyah: Akhlak dalam bersaudara dan bertetangga

UTS : Al Islam , MTK, Ekonomi, Bahasa Inggris, Sejarah

Aturan Mengerjakan:
a. Ikhlaskanlah hati anda untuk menjadikan UTS sebagai sarana menambah ilmu Allah dengan cara berdoa kepada-Nya.
b. Yakinlah Allah melihat Anda
c. Jangan Contekan, dan kerjakanlah dengan sebaik-baiknya
d. Kirim jawaban anda ke email : ibnuummi@gmail.com, paling lambat hari jum'at jam 17.00 atau ke face book ust.
e. USahakan setiap mahasiswa memiliki email pribadi

Essay;
1. Bagaimanakah keadaan Manusia di dunia kalau tidak ada akhlak ? jelaskan !
2. Apakah Perbedaan akhlak, moral dan etika ! Jelaskan definisi masing-masing kemudian bedakan satu sama lainya !
3. Apakah akhlak tertinggi kepada Allah ? Jelaskan !tuliskan beberapa ayat yang berkaitan dengan akhlak tersebut !
4. Berakhlak kepada rasulullah saw, dapat diakronimkan menjadi IDOLA; jelaskan akronim tersebut dan berilah contoh-contohnya !
5. Akhlak kepada diri sendiri menjadi syarat sukses hidup ini, bagaimanakah cara kita berakhlak kepada diri sendiri ? jelaskan !
6. Sudahkah anda melaksanakan Sholat dengan baik, teratur dan tepat waktu !

------------------------Selamat Mengerjakan----------------------------------
***********************Allah swt melihat anda, yang contekan hatinya panuan*********

Minggu, 21 November 2010

Kisah Ibrahim, Hajar, Ismail:" Peletak Peradaban Islam"

“Dan ketika Ibrahim diuji Rabbnya dgn beberapa kalimat lalu Ibrahim menunaikannya..” . Allah memerintah Ibrahim as berhijrah ke Mekah. Perintah ini bukan kali pertama bagi Ibrahim. Sebelumnya beliau telah menunaikan hijrah beberapa kali dari Babilon ke Palestina; dari Palestina ke Mesir; dari Mesir ke Palestina lagi. Semua beliau lakukan demi risalah suci. Hijrah ke Mekah kemudian menjadi peristiwa yg monumental di dalamnya syarat dgn pelajaran utk sebuah pengorbanan sejati. Sekurang-kurangnya ada tiga aktor yg berperan penting Ibrahim Hajar Isma’il. Ketinganya mewakili tiga unsur keluarga bapak istri dan anak. Adalah Ibrahim as yg sudah berumur mengharapkan keturunan. Allah kemudian memberinya Isma’il. Bukan main girang dan bersyukurnya Ibrahim ia mendapat karunia yg selama ini selalu dimintanya. Sampai akhirnya datang perintah hijrah ke tempat yg kini dikenal dgn Mekah. Ibrahim Hajar dan Isma’il pergi menuju padang gersang yg tak bertuan itu. Tiada penduduk tiada tempat tinggal tiada tanaman tiada air. Di tempat itulah Ibrahim rela meninggalkan istri dan bayinya. Semua ia lakukan demi perintah Allah. Tak banyak bekal yg beliau tinggalkan kecuali seteko air dan sekantong makanan. Ibnu Katsir menceritakan saat Nabi Ibrahim hendak berlalu sang istri menarik tali kekang tunggangannya dan bertanya “Apakah Kanda akan meninggalkanku bersama anakmu di tempat yg tiada tanaman lagi ?” Ibrahim as terdiam. Hajar mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali dan tetap saja Ibrahim diam. Sampai akhirnya Hajar mengganti pertanyaan “Apakah Allah yg memerintahkanmu melakukan hal ini?” “Benar” jawab Ibrahim. Hajar menimpali “Jika demikian Allah tidak akan mempersulit kami.” Sungguh sebuah dialog yg menusuk hati. Merefleksikan kedalaman iman. Tercermin ketundukan sekaligus pengorbanan yg menakjubkan. Berhijrah meninggalkan kemapanan dan barangkali rumah pekerjaan sanak keluarga serta nilai materi dunia lain menuju tempat yg gersang tak bertuan tak ada jaminan keamanan tidak juga makanan dan minuman apalagi sanak keluarga dan handai taulan. Sebuah sikap dan keputusan yg memancarkan nilai tawakal dan iman yg begitu tinggi bahwa hanya Allah yg Maha Menghidupkan Maha Mematikan Maha Memberi Rezeki. Meyakini dan mewujudkan keyakinan tersebut dalam praktik tentu tidak semudah meyakininya dalam teori. Tidak semudah menghafal lafaz-lafaz asmaul husna. Ibrahim beserta keluarga tidak sedang berteori tetapi tangah mengartikulasikan sebuah teori. Sampai akhirnya terjadilah peristiwa bersejarah. Perbekalan air dan makanan Hajar habis. Isma’il a.s. menagis kehausan krn ibunya tak lagi dapat mengeluarkan ASI. Sang ibu kelabakan ia berlari berusaha mencari air di antara Bukit Shofa dan Marwa. Usahanya tak menuai hasil. Terjadilah mukjizat isma’il menjejakkan kakinya dan terpancarlah air. Hajar berseru “Zummi? zummi? .” Sang air kemudian mengumpul jadilah ia telaga zam-zam. Dalam syariat haji kesabaran dan keyakinan keluarga Ibrahim diabadikan dalam amal sa’i. Selesaikah ujian? ternyata belum. Ketika Isma’il menginjak dewasa dan sampai pada umur sanggup berusaha bersama ayahnya Ibrahim mendapat wahyu utk menyembelih sang anak. Ibrahim berkata “Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Sungguh sebuah perintah yg tiada terkira pengorbanannya baik bagi sang bapak maupun sang anak. Keimanan keduanya ditantang. Pernyataan Isma’il sungguh memukau “Ia menjawab ‘Hai Bapakku kerjakan apa yg diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yg sabar’.” . Akhirnya perintah itu ditunaikan. Saat Ibrahim hendak menyembelih anak kesayangannya setan datang mengganggu. Ibrahim sadar akan gangguan maka dilemparlah setan dgn batu. Gangguan terjadi hingga tiga kali. Peristiwa ini diabadikan dalam syariat haji berupa “lempar jumrah”. Ketika mata pisau Ibrahim hendak menyentuh leher Isma’il Allah menahan mata pisau itu dan menggantikannya dgn seekor domba. Kisah ini dikenang dalam syariat penyembelihan hewan kurban pada tiap musim haji. Demikian Ibrahim as sang suri tauladan. Kecintaan yg purna terhadap Allah menghantarkan ia lulus ujian. “Dan ketika Ibrahim diuji Rabnya dgn beberapa kalimat lalu Ibrahim menunaikannya..” . Kisah di atas hanya salah satu bentuk ujian baginya. Sebelumnya Ibrahim juga menghadapi ujian-ujian yg luar biasa. Dan Ia selalu lulus. Para Mufassir banyak menyebutkan bentuk-bentuk ujian Ibrahim dan ia selalu sukses menjalaninya. Bukan hanya Ibrahim yg mencontohkan pengorbanan di atas. Istri dan anaknya demikian juga. Sungguh sebuah komposisi yg ideal ada teladan seorang bapak teladan seorang istri dan teladan seorang anak. Ketiganya adl pilar sebuah keluarga. Baik buruknya sebuah keluarga menjadi kunci utama baik buruknya sebuah masyarakat. Karena masyarakat terbangun atas sekumpulan keluarga demikian seterusnya. Sungguh tak terbayang betapa indah sebuah bangunan masyarakat jika unsur-unsur masyarakatnya adl manusia terdidik seperti terdidiknya keluarga Ibrahim? Manusia-manusia bertauhid yg meletakkan kecintaan terhadap Allah di atas segala-galanya? Kisah pengorbanan Ibrahim sekeluarga menjadi “monumen” sejarah. Ia selalu diperingati tiap tahun dalam syari’at haji dan kurban pada tiap Dzulhijjah. Bukan tanpa maksud melainkan utk ditauladani. Dari sini masing-masing dapat bermuhasabah sudahkah kecintaan kita terhadap Allah berada di atas segala-galanya melebihi cinta kita terhadap pekerjaan tempat tinggal dan harta? melebihi cinta kita terhadap anak istri bahkan kedua orang tua? melebihi cinta kita terhadap yg paling berharga dalam hidup nyawa kita? Semua berpulang pada diri kita. Masing-masing pribadi yg tahu jawabannya. Wallahu a’lam bish shawab.
Ibroh dari Kisah :
1. Dalam membentuk pribadi yang sukses adalah mencontoh Tiga Karakter Di atas: yaitu mengedepankan rasa Yakin yang dalam, Cinta Kepada Allah melebihi cinta kepada yang keluarga bahkan kesenangan pribadinya, dan kepasrahan total hanya memohon kepada Allah serta ikhtiyar yang kuat untuk mencapai kesuksesan
2.Dalam Kehidupan berkeluarga tiga karakter diatas adalah contoh keluarga yang sangat baik karena, adanya keteladan ayah yang kuat , sabar dan cinta kepada Allah swt, adanya Istri yang tabah dan taat kepada suami serta mendukung penuh suaminya dalam melaksanakan perintah Allah swt, serta anak yang sholih, sabar dan mentaati perintah orang tuanya sebgai implementasi perintah Allah swt, walaupun kesenanganya harus dikorbankan
3.dalam kehidupan berbangsa, sebuah bangsa akan mengalami sebuah kesuksesan dalam membangun peradaban, ketika ada tiga karakter diatas, Pemimpin yang Sholih, mengedepankan kepentingan Allah dari diri, keluarganya, Wanita yang sholihah yang mampu mendidik generasi sholih, dengan kekuatan dan kesabaranya,serta pemuda yang taat beribadah kepada Allah swt dan rela mengorbankan jiwanya untuk berjuang di jalan Allah swt, dan berbakti kepada orang tuanya walaupun harus ditinggal ayah demi perintah Allah swt.
Hasil dari kisah ini adalah lahirnya negeri yang Allah swt nashkan sebagai negeri yang aman tentram, makkah sebagai pusat Islam dan pusat kejayaan islam.
Indonesia ketika ingin membangun peradaban mulia ini maka harus mencontoh apa yang dilakukan oleh Ibrahim, Hajar dan isma'il.
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Rabu, 10 November 2010

Tugas Diskusi Smester v KPI/PAI

Tugas Diskusi Smester v KPI/PAI:
1. Diskusikan makalah ini, kemudian ambil kesimpulan-kesimpulan
2. Diskusikanlah contoh-contoh setiap poin, dan catatlah semua
3. Catatlah kata-kata kunci dan istilah asing, kemudian jelaskan maksudnya.
4. hasil diskusi kirim ke email " ibnuummi@gmail.com, terakhir nanti jam 5.30 sore.
Prinsip-prinsip hukum Islam
Di ambil dari makalah Farhan
Prinsip-prinsip hukum Islam menurut Juhaya S. Praja sebagai berikut:
1. Prinsip Tauhid
Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa semua manusia ada dibawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat La’ilaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik dari firman Allah QS. Ali Imran Ayat 64. Berdasarkan atas prinsip tauhid ini, maka pelaksanaan hukum Islam merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan manusia dan penyerahan dirinya kepada Allah sebagai manipestasikesyukuran kepada-Nya. Dengan demikian tidak boleh terjadi setiap mentuhankan sesama manusia dan atau sesama makhluk lainnya. Pelaksanaan hukum Islam adalah ibadah dan penyerahan diri manusia kepada keseluruhan kehendak-Nya.
Prinsip tauhid inipun menghendaki dan memposisikan untuk menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-Qur‟an dan As-Sunah). Barang siapa yang tidak menghukumi dengan hukum Allah, maka orang tersebut dapat dikateegorikan kedalam kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq (Q.S. ke 5 Al-Maidah : 44, 45 dan 47).
Dari prinsip umum tauhid ini, maka lahirlah prinsip khusus yang merupakan kelanjutan dari prinsip tauhid ini, umpamanya yang berlaku dalam fiqih ibadah sebagai berikut :
• Prinsip Pertama : Berhubungan langsung dengan Allah tanpa perantara — Artinya bahwa tak seorang pun manusia dapat menjadikan dirinya sebagai zat yang wajib di sembah.
• Prinsip Kedua : Beban hukum (takli’f) ditujukan untuk memelihara akidah dan iman, penyucian jiwa (tajkiyat al-nafs) dan pembentukan pribadi yang luhur — Artinya hamba Allah dibebani ibadah sebagai bentuk/aktualisasi dari rasa syukur atas nikmat Allah.
Berdasarkan prinsip tauhid ini melahirkan azas hukum Ibadah, yaitu Azas kemudahan/meniadakan kesulitan. Dari azas hukum tersebut terumuskan kaidah-kaidah hukum ibadah sebagai berikut :
• Al-ashlu fii al-ibadati tuqifu wal ittiba’ — yaitu pada pokoknya ibadah itu tidak wajib dilaksanakan, dan pelaksanaan ibadah itu hanya mengikuti apa saja yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya ;
• Al-masaqqah tujlibu at-taysiir — Kesulitan dalam melaksanakan ibadah akan mendatangkan kemudahan
2. Prinsip Keadilan
Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mi’za’n (keseimbangan/ moderasi). Kata keadilan dalam al-Qur‟an kadang diekuifalensikan dengan al-qist. Al-mizan yang berarti keadilan di dalam Al-Qur‟an terdapat dalam QS. Al-Syura: 17 dan Al-Hadid: 25.
Term „keadilan‟ pada umumnya berkonotasi dalam penetapan hukum atau kebijaksanaan raja. Akan tetapi, keadilan dalam hukum Islam meliputi berbagai aspek. Prinsip keadilan ketika dimaknai sebagai prinsip moderasi, menurut Wahbah Az-Zuhaili bahwa perintah Allah ditujukan bukan karena esensinya, seba Allah tidak mendapat keuntungan dari ketaatan dan tidak pula mendapatkan kemadaratan dari perbuatan maksiat manusia. Namun ketaatan tersebut hanyalah sebagai jalan untuk memperluas prilaku dan cara pendidikan yang dapat membawa kebaikan bagi individu dan masyarakat.(10)
Penggunaan term “adil/keadilan” dalam Al-Quran diantaranya sebagai berikut :
• QS. Al-Maidah : 8 — Manusia yang memiliki kecenderungan mengikuti hawa nafsu, adanya kecintan dan kebencian memungkinkan manusia tidak bertindak adil dan mendahulukan kebatilan daripada kebenaran (dalam bersaksi) ;
• QS. Al-An‟am : 152 — Perintah kepada manusia agar berlaku adil dalam segala hal terutama kepada mereka yang mempunyai kekuasaan atau yang berhubungan dengan kekuasaan dan dalam bermuamalah/berdagang ;
1. QS. An-Nisa : 128 — Kemestian berlaku adil kepada sesama isteri ;
2. QS. Al-Hujrat : 9 — Keadilan sesama muslim ;
3. QS. Al-An‟am :52 — Keadilan yang berarti keseimbangan antara kewajiban yang harus dipenuhi manusia (mukalaf) dengan kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban tersebut.
Dari prinsip keadilan ini lahir kaidah yang menyatakan hukum Islam dalam praktiknya dapat berbuat sesuai dengan ruang dan waktu, yakni suatu kaidah yang menyatakan elastisitas hukum Islam dan kemudahan dalam melaksanakannya sebagai kelanjutan dari prinsip keadilan, yaitu : ..
Artinya : Perkara-perkara dalam hukum Islam apabila telah menyeempit maka menjadi luas; apabila perkara-perkara itu telah meluas maka kembali menyempit.
Teori „keadilan‟ teologi Mu‟tazilah melahirkan dua terori turunan, yaitu :
1. al-sala’h wa al-aslah dan
2. al-Husna wa al-qubh.
Dari kedua teori ini dikembangkan menjadi pernyataan sebagai berikut :
1. Pernyataan Pertama : Allah tidaklah berbuat sesuatu tanpa hikmah dan tujuan” — perbuatan tanpa tujuan dan hikmah adalah sia-sia
2. Pernyataan Kedua : Segala sesuatu dan perbuatan itu mempunyai nilai subjektif sehingga dalam perbuatan baik terdapat sifat-sifat yang menjadi perbuatan baik. Demikian halnya dalam perbuatan buruk. Sifat-sifat itu dapat diketahui oleh akal sehingga masalah baik dan buruk adalah masalah akal.
3. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar
Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan ridloi Allah dalam filsafat hukum Barat diartikan sebagai fungsi social engineering hukum. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar didasarkan pada QS. Al-Imran : 110, pengkategorian Amar Makruf Nahi Mungkar dinyatakan berdasarkan wahyu dan akal.
4. Prinsip Kebebasan/Kemerdekaan
Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama/hukum Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan, demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip hukum Islam adalah kebebasan dl arti luasyg mencakup berbagai macamnya, baik kebebasan individu maupun kebebasan komunal. Keberagama dalam Islam dijamin berdasarkan prinsip tidak ada paksaan dalam beragama (QS. Al-Baqarah : 256 dan Al-Kafirun: 5)
5. Prinsip Persamaan/Egalite
Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi Madinah (al-Shahifah), yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan penghisapan darah manusia atas manusia. Prinsip persamaan ini merupakan bagian penting dalam pembinaan dan pengembangan hukum Islam dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi bukan berarti tidak pula mengenal stratifikasi sosial seperti komunis.
6. Prinsip At-Ta‟awun
Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia yang diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan dan ketakwaan.
7. Prinsip Toleransi
Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan ummatnya — tegasnya toleransi hanya dapat diterima apabila tidak merugikan agama Islam.
Wahbah Az-Zuhaili, memaknai prinsip toleransi tersebut pada tataran penerapan ketentuan Al-Qur‟an dan Hadits yang menghindari kesempitan dan kesulitan, sehingga seseorang tidak mempunyai alasan dan jalan untuk meninggalkan syari‟at ketentuan hukum Islam. Dan lingkup toleransi tersebut tidak hanya pada persoalan ibadah saja
tetapi mencakup seluruh ketentuan hukum Islam, baik muamalah sipil, hukum pidana, ketetapan peradilan dan lain sebagainya

SOAL MID AL-ISLAM II FKIP SMSTER III

ETIKA MENGERJAKAN:
1. Ikhlaslah dan berdo'alah
2. kerjakanlah sesuai dengan kemampuan anda jangan pernah anda menyontek karena itu kecurangan
3. telitilah dengan baik
4. berilah nama, npm prodi, dan hasil jawaban anda kirim ke email ust. ibnuummi@gmail.com
5. pengumpulan terakhir tanggal 12 November 2010, sudah masuk di email ust.

soal;

1. apa yang dimaksud dengan akhlak, sebutkan pembagian akhlak dalam islam ?
2. Akhlak kepada Allah adalah taqwa, apa yang dimaksud dengan taqwa dan apa faidah dari taqwa dalam kehidupan manusia ?
3. Bagaimanakah kita berakhlak kepada rasulullah saw? jelaskan dengan baik !
4. Carilah ayat dalam al-qur'an yang menunjukan manusia adalah makhluk paling sempurna, tulis terjemahanya, dan jelaskan maksud dari kesempurnaan tersebut !
5. sudahkah anda beribadah kepada Allah, terutama sholat fardhu !

selamat mengerjakan
Allah melihat anda, yang nyontek hatinya panuan



tertanda


Abu Aisyah Zaid

Minggu, 17 Oktober 2010

Materi IV: Akhlak Kepada Rosulullah SAW

Akhlak Kepada Rasul
Disampaikan: M.Samson Fajar, M.Sos.I
dikutip dari artikel : Drs. H. Ahmad Yani, Ketua LPPD Khairu Ummah

Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.
1. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul Saw merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa ridha dalam keimanan sehingga membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan. Karenanya membuktikan keimanan dengan amal yang shaleh merupakan bukan suatu beban yang memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha. Ridha dalam beriman kepada Rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi Saw:
Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah).
2. Mencintai dan Memuliakan Rasul
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah yang artinya:
Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai orang yang beriman, beliau bersabda:
Tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i).
3. Mengikuti dan Mentaati Rasul
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul Saw, Allah Swt akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman yang artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah Saw diutus memang untuk ditaati, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS 4:64).
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).
4. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna dari firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS 33:56).
Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu justeru akan membawa keberuntungan bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul Saw:
Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali (HR. Ahmad).
Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan banyak mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul Saw sebagai orang yang paling utama kepadanya pada hari kiamat, beliau bersabda:
Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku (HR. Tirmidzi).
Adapun orang yang tidak mau bershalawat kepada Rasul dianggap sebagai orang yang kikir atau bakhil, hal ini dinyatakan oleh Rasul Saw:
Yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dihadapannya, ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
5. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:
Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim).
Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda:
Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
6. Menghormati Pewaris Rasul
Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw:
Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya.
7. Melanjutkan Misi Rasul
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.

Senin, 11 Oktober 2010

Materi 3 : AKHLAK KEPADA ALLAH SWT

AKHLAK KEPADA ALLAH SWT ADALAH SIFAT YANG SECARA REFLEK DILAKSANAKAN OLEH MANUSIA UNTUK SELALU MENTAATI ALLAH SWT DALAM KEADAAN APAPUN DAN DIMANAPUN
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA SELALU MEMBUTUHKAN ALLAH SWT.
TERUTAMA DALAM KEHIDUPAN AKADEMIK SEORANG MAHASISWA SANGAT MEMBUTUHKAN ALLAH SWT
APALAGI DALAM PROFESI KEPENDIDIKAN SEORANG PENDIDIK SANGAT MEMBUTUHKAN BIMBINGAN RABBNYA

Definisi

DEFINISI TAQWA MENURUT JUMHUR ADALAH MELAKSANAKAN SEGALA PERINTAH ALLAH SWT DAN MENINGGALKAN SEGALA YANG DILARANGNYA
UMAR BIN KHATAB MENGATAKAN TAQWA ADALAH SEPERTI BERJALAN DI JALAN YANG DITABURI DURI
ALI BIN ABI THALIB MEMAKNAI TAQWA SEBAGAI SUATU PROSES YANG MEMBUTUHKAN TINGKATAN:
TAKUT KEPADA ALLAH
MENGIMANI AL-QUR’AN
MENERIMA SEGALA PEMBERIAN ALLAH DENGAN IKHLAS
MENYIAPKAN DIRI UNTUK KEMATIAN

Keutamaan Taqwa
AKAN DIBERIKAN KEMUDAHAN DALAM HIDUP (AT TALAQ 2-3)
DIBERI RIZKI YANG TAK DISANGKA-SANGKA (AT TALAQ 3)
DIBUKAKAN RAHMAT DARI LANGIT DAN BUMI( AL A’ROF 96)
DAPAT MEMBEDAKAN YANG HAK DAN BATIL (AL-ANFAL)

Mahabbah dan Ridho
MAHABBAH ADALAH PERASAAN CINTA KEPADA ALLAH SWT, MENCINTAI SYARI’ATNYA, MENCINTAI RASULNYA, MENCINTAI ORANG SHOLIH
RIDHO ADALAH MENERIMA SEGALA APA YANG TELAH DIPUTUSKAN ALLAH KEPADA KITA, APAKAH KEPUTUSAN ITU KITA ANGGAP BAIK ATAU BURUK TETAPI KITA YAKIN ITU YANG TERBAIK

Bentuk-bentuk Cinta Dalam Al-Qur'an
MENCINTAI ALLAH DENGAN SELALU TAUBAT DAN MENJAGA KESUCIAN DIRI (AL BAQOROH 222)
MENCINTAI ALLAH DENGAN SELALU BERJUANG DALAM BARISAN YANG TERTATA RAPI (AS SHAF 4)
MENCINTAI ALLAH DENGAN CARA MENGIKUTI SUNNAH RASULULLAH SAW (ALI IMRON 102)

Khouf dan Roja'
KHOUF ADALAH KONDISI HATI YANG SELALU MERASA TAKUT KEPADA ALLAH SWT DENGAN CARA TAKUT AKAN MURKANYA DAN AZABNYA
ROJA’ ADALAH KONDISI HATI DIMANA SEORANG HAMBA MEMILIKI HARAPAN-HARAPAN UNTUK MENDAPAT RIDHO, RAHMAT DAN PERTEMUAN DENGAN ALLAH DIAKHIRAT

Ikhlas, Sabar dan Syukur
IKHLAS ADALAH KONDISI HATI DIMANA SEORANG HAMBA SELALU BERBUAT HANYA MENGHARAPKAN BALASAN DARI ALLAH SWT.(AL-BAYINAH 3)
SABAR ADALAH KONDISI HATI DIMANA SEORANG HAMBA MAMPU MENGHADAPI SEGALA UJIAN DAN MENERIMA DENGAN IKHLAS (AZ Zumar 10)
SYUKUR ADALAH KONDISI HATI DIMANA SEORANG HAMBA MAMPU MENGGUNAKAN SEGALA RIZKI DARI ALLAH SWT UNTUK TAAT KEPADA-NYA. (IBRAHIM :5)

Taubat dan TAwakkal
Taubat adalah memohon ampunan kepada Allah swt atas segala salah dan dosa. Atau dimana kondisi hati selalu merasa kurang dihadapan Allah swt (at Tahrim 8)
Tawakkal adalah pasrah dan menyerahkan segala urusan kepada Allah swt baik urusan dunia ataupun akhirat (at Talaq 4)

Syarat Taubat
Mengucapkan istighfar
Berazam untuk tidak mengulangi lagi
Menghiasi diri dengan amal sholih
Mengembalikan hak orang lain yang diambil

Selasa, 21 September 2010

SAP HADITS 3

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Mata Kuliah/Kode MK : Hadits III
Semester/SKS : V/2 SKS
Fakultas / Jurusan/Prodi : Agama Islam/Dakwah dan Tarbiyah /KPI, PAI
Dosen/Tim Dosen : M.Samsun Fajar , S.Sos.I

1. Diskripsi Mata Kuliah/ silabus
Mata kuliah hadits dalam hal ini ditekankan pada masalah-masalah hukum, yang kajianya bersifat maudu’I atau tematis, dari masalah toharoh, sholat, halal haram, amarma’ruf nahi munkar, sampai masalah jihad fisabilillah. Sehingga materi ini akan memberikan
2. Tujuan Perkuliahan
a. Agar mahasiswa memahami agama islam dengan pendekatan hadits
b. Agar mahasiswa memiliki kopetensi hafalan hadits maudhu’I, sebagai bekal mereka
c. Agar mahasiswa mampu mengamalkan islam sesuai dengan petunjuk as Sunnah as Shohihah
d. Agar mahasiswa mampu mengaplikasikan metode tarbawi rasulullah saw yang secara implisit terlihat dari hadits beliau.

3. Kegiatan Perkuliahan

No Pertemuan Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
1 I Kontrak Kuliah: Tata tertib dan Motivasi Belajar Hadits
2 II Hadits dalam Prespektif Tarbawiah (hadits sebagai sumber metode pengajaran dan pendidikan ummat dalam setiap jenjang sosial)
3 III Pendidikan dan pengajaran pada anak Balita : (Hadits Bukhori dalam Kitabul adab dalam bab al kunniyah)
4 IV Pendidikan Dan Pengajaran Pada Anak Remaja : Hadits Riwayat Tirmidzi
5 V Pendidikan Pada Anak Usia Puber : Hadits Riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya.
6 VI Pendidikan Dan Pengajaran Orang Dewasa : Hadits Riwayat Bukhori Muslim. Dalam kitab al-adzan dan wujubi qira’ah al fatihah.
7 VII Pendidikan dan pengajaran terhadap orang-orang pedalaman yang awam : Hadits Riwayat Muslim bab wujub ghusli baul .
8 VIII Pendidikan Dan Pengajaran Terhadap Para Kaum Intelektual : Hadits Riwayat Bukhori Muslim dalam Kitab az-Zakah dan Iman
9 IX Mid Smester
10 X Pendidikan dan Pengajaran terhadap kaum faqir dan miskin : Hadir Riwayat Abu Dawud dalam sunanya Kitab ilmi.
11 XI Pendidikan Dan Pengajaran Terhadap Kaum Wanita : Hadits Riwayat Bukhori Dan Muslim Dalam Kitab Al-I’tisham Dan Kitab Al-Birr Wa Shilah Wal Adab.
12 XII Bimbingan dan Konseling dalam Sunnah nabawiyah: Memotivasi pembelajar yang selalu ragu-ragu untuk berbuat baik. Hadits riwayat imam Muslim dalam kitab al-jum’ah.
13 XIII Membimbing Dan Memotivasi Pembelajar Yang Yang Jenuh Dan Bosan. Hadits Riwayat Bukhori Muslim, Dalam Kitab Ilmi Dan Shifat Al-Munafiqin
14 XIV Mengatasi Kesenjangan Intelektual Pembelajar. Riwayat Ad-Dailami Dalam Musnad Al-Firdaus Dan Al-Jami Ash Shaghir As-Shuyuti.
15 XV Reviuw
16 XVI Semester

4. Tugas
No Tugas Mandiri No Tugas Terstruktur
1 Takhrij Hadits dan Naqdil Hadits 1 Membuat makalah ilmiah
2 Menghafal Hadits 2

5. Metode Perkuliahan
a. Metode Ceramah
b. Diskusi
c. Seminar
d. Study Kasus
e. Penugasan

6. Sistematika Pembahasan
a. Pengantar Tema Hadits
b. Pengkajian Sanad Hadits
c. Pengkajian Lughowiyah
d. Pengkajian Diroyah Hadits Ijmali
e. Pengkajian Nilai Tarbawi
f. Kesimpulan
7. Literatur
a. Kitab al Lu’lu wal Marjan
b. Kitab Jami’us Shohihain
c. Arbain an Nawawiah
d. Kitabul Hadis baik Musnad, Jami’
e. Kitab Fathul Bari
7. Kontrak Perkuliahan

Dalam perkuliahan al-Islam hendaknya mematuhi segala aturan yang berlaku dan disepakati:
a. Dalam perkuliahan hendaknya mengikhlaskan diri dengan tulus bukan karena niatan yang lain.
b. Waktu perkuliahan sesuai jadwal yang berlaku
c. Mahasiswa hendaknya masuk kuliah tepat waktu.
d. Toleransi waktu terlambat adalah 15 Menit, jika lebih dari itu maka hendaknya tidak mengikuti perkuliahan dan mengganti dengan tugas membuat karya tulis.
e. Semua Mahasiswa setiap Jam al-Islam wajib membawa al-Qur’an terjemahan.
f. Sebelum perkuliahan dimulai wajib mengkaji 1 ayat dibaca dengan benar dan dikaji selama 15 menit.
g. Jika dosen terlambat lebih dari 30 menit tanpa ada keterangan maka boleh meninggalkan kuliah, dan membuka website dosen.
h. Penilaian Kognitif diambil dari Tugas atau Quis, 30%, Mid 30 % dan Ujian Semester 40 %.
i. Penilaian Emosional Spiritual menjadi acuan penilaian, karena sebagai implementasi kognitif.
j. Mahasiswa yang berhak mengikuti ujian semester yang mengikuti kuliah lebih dari 75 %.
k. Bagi yang nilainya kurang lengkap hendaknya cepat menghubungi Dosen agar urusan bias diselesaikan.


Dosen



M.Samson Fajar, M.Sos.I
NBM: 996544

SAP FILSAFAT ISLAM

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Mata Kuliah/Kode MK : Filsafat Islam
Semester/SKS : V/2 SKS
Fakultas / Jurusan/Prodi : Agama Islam/Dakwah/KPI
Dosen/Tim Dosen : M.Samsun Fajar , M.Sos.I

1. Diskripsi Mata Kuliah/ silabus
Mata kuliah ini akan membahas tentang filsafat Islam sebagai lanjutan filsafat umum, dengan titik tekan materi pada, pengertian filsafat, hubunganya dengan ilmu yang lain, aliran-aliran filsafat, filsafat islam ditimur, di dunia barat, dan filsafat islam sesudah Ibnu Rusyd, dan beberapa masalah yang lain

2. Tujuan Perkuliahan
a. Agar mahasiswa memahami konsep filsafat Islam
b. Agar mahasiswa memiliki cara berfikir yang sistematis dan radikal serta logis
c. Agar mahasiswa memahami alairan-aliran filsafat Islam
d. Agar Mahasiswa memahami tokoh-tokoh filsafatIslam baik timur ataupun barat

3. Kegiatan Perkuliahan

No Pertemuan Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
1 I Pendahuluan: Pengertian filsafat islam, hubungan filsafat islam dengan yunani dan sejarahnya
2 II Aliran-aliran Filsafat Islam: Pembagian aliran dalam Islam, Aliran –aliran Pokok
3 III Filsafat Islam Di Dunia Timur: Al Kindi dan ar Razi, sejarah dan pemikiranya, dan analisis
4 IV Al Farabi dan Ikhwanu Shafa : sejarah dan pemikiranya, dan analisis
5 V Ibnu Maskawih, Ibnu Sina: sejarah dan pemikiranya, dan analisis
6 VI Al Ghozali,:sejarah dan pemikiranya, dan analisis
7 VII Suhrawadi Al Maqtul: sejarah dan pemikiranya, dan analisis
8 VIII Filsafat Islam Di Dunia Barat: ibnu bajjah , ibnu tufail : sejarah dan pemikiranya, dan analisis
9 IX Mid Smester
10 X Ibnu Rusyd : sejarah dan pemikiranya, dan analisis
11 XI Filsafat Islam Sesudah Ibnu Rusyd:Nasiruddin Tusi: sejarah dan pemikiranya, dan analisis
12 XII Muhammad Iqbal : sejarah dan pemikiranya, dan analisis
13 XIII Mulla Sudra : sejarah dan pemikiranya, dan analisis
14 XIV Pengaruh Filsafat Islam bagi Peradaban:Agama, politik, budaya, ekonomi dan Iptek
15 XV Reviu
16 XVI Semester

4. Tugas
No Tugas Mandiri No Tugas Terstruktur
1 1
2 2
5. Evaluasi
a. ……….
b. ……….

6. Metode Perkuliahan
a. Metode Ceramah
b. Diskusi
c. Seminar
d. Study Kasus
7. Literatur
a. Filsafat Islam, Drs. H.A. Musthofa
b. Ensiklopedi Dunia dan pemikiran Islam
c. Falsafah agama, Harun Nasution
d. Pengantar filsafat islam, A. Hanafi

Senin, 20 September 2010

AKHLAK, ETIKA, MORAL (Tinjauan Definitive dan Karakteristik Dalam Ajaran Islam)

AKHLAK, ETIKA, MORAL
(Tinjauan Definitive dan Karakteristik Dalam Ajaran Islam)

1. Pendahuluan

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.[1]

2. Pembahasan

Dalam berbagai literature tentang ilmu akhlak islami, dijumpai uraian tentang akhlak yang secara garis besar dapat dibagi dua bagia, yaitu; akhlak yang baik (akhlak al-karimah), dan akhlak yang buruk (akhlak madzmumah). Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan dan amanah misalnya termasuk dalam akhlak yang baik. Sedangkan berbuat yang dhalim, berdusta, pemarah, pendendam, kikir dan curang termasuk dalam akhlak yang buruk.

Secara teoritis macam-macam akhlak tersebut berinduk pada tiga perbuatan yang utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja'ah (perwira/ksatria) dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat).

Hukum-hukum akhlak ialah hokum-hukum yang bersangkut paut dengan perbaikan jiwa (moral); menerangkan sifat-sifat yang terpuji atau keutamaan-keutamaan yang harus dijadikan perhiasan atau perisai diri seseorang seperti jujur, adil, terpercaya, dan sifat-sifat yang tercela yang harus dijauhi oleh seseorang seperti bohong, dzalim, khianat. Sifat-sifat tersebut diterangkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah dan secara Khusus dipelajari dalam Ilmu Akhlak (etika) dan Ilmu Tasawuf.[2]

a. Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).

Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.[3]

b. Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.

Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut ahmad amin mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Berikutnya, dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.

Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.

Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akal manusia.

c. Moral

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.

Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.

Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.

Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.

Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.

Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.

Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.

Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua, kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.

d. Karakteristik dalam ajaran Islam

Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.

Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.

Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat local dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesame manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.

Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).

3. Penutup

Akhirnya dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah.

Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur'an dan al-hadis.

Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.

Daftar Pustaka

Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.

Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera. Jakarta.

Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa. Bandung.

Halim, Ridwan. 1987. Hukum Adat dalam Tanya Jawab. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlak. Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam. Yogyakarta.

Kusumamihardja, Supan dkk. 1978. Studia Islamica. Pt Giri Mukti Pasaka. Jakarta.

Masyhur, Kahar. 1986. Meninjau berbagai Ajaran; Budipekerti/Etika dengan Ajaran Islam. Kalam Mulia. Jakarta.

Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka Setia. Bandung.

Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Rifa'i, Mohammad. 1987. 300 Hadits Bekal Dakwah dan Pembina Pribadi Muslim. Wicaksana. Semarang.

Salam, Zarkasji Abdul. 1994. Pengantar Ilmu Fiqh Ushul Fiqh. Lembaga Studi Filsafat Islam. Yogyakarta

AL_ISLAM II FKIP

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Mata Kuliah/Kode MK : Al Islam II
Semester/SKS : II/2 SKS
Fakultas / Jurusan/Prodi : Semua Jurusan/PS
Dosen/Tim Dosen : M.Samson Fajar , M.Sos.I

1. Diskripsi materi
Mata kuliah ini akan membahas dengan titik tekan pada pembelajaran pemahaman akhlakul karimah yang meliputi Akhlaq kepada Allah, Rasul, orang tua, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bernegara. Secara kontekstual materi-materi ini akan diintegrasikan dengan profesi kependidikan, sehingga akan melahirkan para pendidik yang berakhlakul karimah.

2. Tujuan Perkuliahan
1. Agar mahasiswa memahami pengertian akhlak dan ruang lingkupnya
2. Agar mahasiswamemahami tentang perbedaan signifikan antara akhlak dan moral
3. Agar mahasiswa memahami dan mengamalkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari secara spesifik dalam kehidupan profesi kependidikan.

3. Kegiatan perkuliahan
No Pertemuan ke- Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
1 I Kontrak kuliah:
1. Tata tertib perkuliahan dan sanksi
2. Penjelasan Sistematika Penilaian
3. Pengantar al-Islam II
2 II Dekripsi Akhlak:
1. Definisi Akhlak
2. Macam-macam akhlak
3. Perbedaan akhlak dan Moral
4. Urgensi akhlak dalam kehidupan
5. Urgensi akhlak dalam kehidupan pendidikan
3 III Akhlak Kepada Allah swt :
1. Taqwa, Cinta, Ridho, Khauf, Roja’, Ikhlas, Syukur, Taubat dan tawakkal
2. Implementasi akhlak di atas dalam kehidupan
4 IV Akhlak kepada Rosulullah saw:
1. Mahabbah, Memuliakan, mentaati, sholawat dan salam
2. Implementasi akhlak kepada Rosul dalam kehidupan pendidikan
5 V Akhlak terhadap diri sendiri:
1. Shidiq, Amanah, Istiqomah, Iffah, Syaja’ah, mujahadah, tawadu, malu dan sabar
2. Implementasi akhlak terhadap rasul dalm profesi kependidikan
6 VI Akhlak terhadap keluarga:
1. Hak dan kewajiban dalam keluarga
2. Akhlak suami istri
3. Akhlak orang tua kepada anak
4. Akhlak anak kepada orang tua
5. Implementasi akhlak terhadap keluarga bagi seorang pendidik
7 VII Akhlak Bersaudara Dan Bertetangga:
1. Hak Dan Kewajiban Dalam Bersaudara
2. Hak dan kewajiban dalam bertetangga
3. Implementasi dalam kehidupan pendidikan
8 VIII Akhlak seorang pendidik kepada Murid:
1. Hak dan kewajiban guru
2. hak dan kewajiban seorang murid
9 IX Mid Smester
10 X Akhlak kepada Masyarakat:
1. Akhlak bertamu dan menerima tamu
2. Akhlak dalam kehidupan social kemasyarakatan
3. Implementasi akhlak kepada masyarakat dalam dunia kependidikan.

11 XI Akhlak bernegara :
1. Akhlak pemimpin kepada rakyatnya
2. Akhlak rakyat kepada pemimpinya
3. konsep musyawarah dan demokrasi
12 XII Islam Rahmatan Lil-Alamin :
1. Konsepsi Ilahiyah Yang Masih Menara Gading
2. Implementasi rahmatan lil-Alamin diawali dari kampus
13 XIII Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar :
1. Konsepsi Dakwah Dalam Islam
2. Konsepsi amar makruf nahi munkar
3. Implementasi dakwah dan amar makruf dalam pendidikan
14 XIV Ujian smester

4. Tugas
No Mandiri Terstruktur
1 A A
2 B B

5. Literatur
a. Al Qur’an dan terjemah, depag RI
b. Abul A’la al Maududi, Prinsip-prinsip ajaran Islam, al Ma’arif Bandung
c. Drs. Razak Nazaruddin, Dienul Islam, Al Ma’arif Bandung
d. Musthafa Kamal, Fiqih Islam, PP Muhammadiyah, yogya karta
e. Mahmud Saltut, Al Islam, Aqidah dan Syari’ah
f. Drs. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Akidah
g. Drs . Yunahar Ilyas, Lc. Kuliah akhlak
6. Evaluasi
A ... ………..
B. ...............

7. Tata Tertib Perkuliahan


Dosen



M.Samson Fajar, S.sos.I
NBM: 996544