Kamis, 17 Maret 2011

Tafsir alfatihah: KMD 2

AL-FATIHAH: KARAKTER GENERASI QUR’ANI
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ . الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . الرَّحْمـنِ الرَّحِيمِ . مَالِكِ يَوْمِ الدِّين . إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ .اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ

1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai di Hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Sebuah Perenungan
Cobalah kita renungi, ayat tersebut satu demi satu mungkin kita tercengang. Ulangilah satu ayat demi satu ayat dengan memasukan ke dalam hati dengan sedalam-dalamnya, pasti kita akan mendapat sesuatu yang sangat luar biasa. Rasakanlah terus, bacalah terus, renungilah terus dan cobalah ambil makna dan bertekadlah untuk mengimplementasikan dalam kehidupan ini. Apa yang anda rasakan saat ini, adakah ketenangan dari surat al-fatihah itu, bergetarkah hati anda karena itu bukti anda beriman, adakah tambahan iman, adakah tambahan ilmu dan sudahkan anda yakin bahwa al-Qur’an adalah bukti mukjizat yang menjadi solusi dari segala masalah hidup anda ?
Bagaimana Mufassir berbicara akan surat al-Fatihah
Ibnu Katsir menyatakan bahwa Surat Al-Fatihah merupakan surat yang turun di Mekkah. Oleh karenanya, surat ini masuk kategori surat Makiyyah. Surat yang terdiri dari 7 ayat ini disebut juga dengan nama Ummul Kitab. Dalam keterangan lain; dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Alhamdu lillahi rabbil ‘alamina adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, Sab’ul Masani dan Al-Qur’anul Azim,” (HR At-Tirmidzi)
Al-Fatihah juga dinamakan dengan sebutan Al-Hamdu. Surat ini juga disebut dengan nama Ash-Shalat. Hal ini didasarkan pada hadits, “Aku bagikan shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Apabila seorang hamba mengucapkan, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam), maka Allah berfirman, “Hamba-Ku telah memuji-Ku” (Hadits)
Disebut Ash-Shalat, karena surat Al-Fatihah merupakan syarat di dalam shalat. Surat Al-Fatihah dinamakan juga dengan syifa’, sebagaimana terdapat di dalam riwayat Ad-Darimi dari Abu Sa’id ra, Rasulullah saw bersabda, “Fatihatul Kitab (surat Al-Fatihah) merupakan obat penawar bagi segala jenis racun.” Nama lain dari surat Al-Fatihah adalah ruqyah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih. Yaitu ketika Abu Sa’id sedang mengobati seorang laki-laki yang tersengat kalajengking. Ketika bertemu dengan Rasulullah, beliau bersabda, “Siapakah yang memberi tahu kamu bahwa surat Al-Fatihah itu adalah ruqyah.”
Masih banyak lagi nama-nama lain dari Surat Al-Fatihah. Ada yang menamakan dengan Asasul Qur’an (fondasi Al-Qur’an), Al-Waqiyah dan Al-Kafiyah. Selain itu, ada yang menamakannya dengan Al-Kanz. Ada perbedaan pendapat tentang dimanakah turunnya surat Al-Fatihah. Ibnu Abbas ra., Qatadah dan Abul Aliyah berpendapat bahwa surat ini turun di Mekkah. Namun juga ada yang berpendapat bahwa surat Al-Fatihah merupakan surat Madaniyah alias turun di Madinah. Pendapat ini dianut merupakan pendapat Abu Hurairah ra, Mujahid, Ata Ibnu Yasar dan Az-Zuhri. Ada lagi yang berpendapat bahwa Surat Al-Fatihah turun dua kali. Pertama turun di Mekkah dan kedua turun di Madinah. Namun yang terkuat dan mendekati kebenaran adalah pendapat yang pertama, yaitu surat Al-Fatihah turun di Mekkah. Kesimpulan ini berdasarkan firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang,” (QS Al-Hijr (15):87) .Sumber: Tafsir Ibnu Katsir
Demikianlah begitu banyak sekali nama surat al-fatihah yang menunjukan besarnya dan agungnya surat ini. Mungkin satu nama saja yang perlu kita bahas yaitu ummul kitab (induknya kitab). Nama ini adalah abstraksi al-Qur’an, maknanya adalah semua subtansi (isi) al-Qur’an dapat dilihat dalam nama ini karena al-fatihah adalah surat yang menerangkan semua point-point penting dan pokok dari al-Qur’an. Sehingga ketika kita ingin melihat karakter generasi qur’ani dapat melihat surat al-fatihah ini.
Tiga Karakter Pengetahuan Generasi Qur’ani Al-Fatihah
Generasi Qur’ani adalah generasi yang mampu menjadikan al-Qur’an sebagai panduan dan pedoman hidupnya, bahkan prilakunyapun harus sesuai dengan niali-nilai yang tertuang di dalam al-Qur’an. Al-Fatihah sebagai surat yang pertama harus difahami dalam arti yang sangat dalam, bahwa di dalamnya ada panduan-panduan kepribadian yang sangat luarbiasa. Kepribadian yang pertama dalam al-fatihah adalah seorang generasi qur’ani adalah memiliki pengetahuan yang syumul (universal) akan ilmu Allah swt (al-Qur’an).
Pengetahuan dalam konteks ini dapat dilihat dari isi al-Qur’an yang terbagi tiga (3) dalam pandangan Said Hawa : Pertama masalah akidah (keyakinan) sebagaimana terkandung pada ayat 1-4. Kedua, ibadah seperti terkandung dalam ayat 5. Ketiga, manhaj al-hayâh (jalan hidup). Selanjutnya ia menjelaskan bahwa pokok dari akidah adalah iman kepada Allah dan hari akhir, pokok dari ibadah adalah ikhlas dan pokok dari jalan hidup adalah megikuti ajaran para nabi (Tafsir Said Hawa: al asas fi tafsir).Tiga pengetahuan inilah yang harus dimiliki oleh seorang generasi qur’ani.
1. Pengetahuan Akidah (Tsqofah al-Aqidah)
Surah al-Fatihah mengandung pesan penanaman konsep, tauhîd zat, asmâ wa al-sifât , tauhîd rubûbiyyah dan tauhîd ulûhiyyah melalui makrifat (mengetahui) nama Allâh , al-Rahmân, al-Rahîm, Rab al-Alamîn dan al-Mâlik dengan mengasah daya pikir dan potensi akal. Hal ini tertuang dalam ayat 1-3 . Seorang generasi qur’ani hendaknya benar-benar memahami dengan sedalam-dalamnya akan konsep tauhid sesuai dengan pemahaman para nabi dan sahabat. Sehingga tauhid itu tidak hanya menjadi sebuah konsep beku yang tidak dinamis, akan tetapi sebuah konsep yang membuka akal dan jiwa ummat untuk mampu mengaplikasikan dalam kehidupanya. Dalam surat al-Fatihah itu yang paling mendasar adalah konsep iman kepada Allah swt dan hari akhir. Mengapa hal ini sangat penting . karena kebanyakan manusia mengingkari dua hal ini. Sehingga rasulullah saw selalu mengatakan dalam haditsnya “ barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya” dalam hadits yang lain” memuliakan tetangganya” . Oleh karena itu kita hendaknya belajar mengimani Allah swt dengan total dan hari akhir dengan sempurna. Karena kehancuran hidup kita, susahnya hidup kita berawal dari ketidak yakinan kita kepada Allah dan hari akhir.

2. Pengetahuan Ibadah (Tsaqofah al-Ibadah)
Pengetahuan ibadah ini tertuang dalam surat al-fatihah ayat 4” iyaaka na’budu wa iyyaka nasta’in” hanya kepada-Mu lah kami beribadah, dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan. Qotadah mengatakan bahwa dalam Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, Allah menyuruh supaya tulus ikhlas dalam melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar mengharap bantuan pertolongan Allah dalam segala urusan. Dalam konteks ini maka pengetahuan generasi qur’ani hendaknya selalu mamahami ibadah dengan benar, jauh dari segala hal-hal yang merusak ibadah. Ibadah dalam konteks ini bukan hanya ibadah yang bersifat dzahir akan tetapi ibadah yang bersifat bathin juga. Begitu juga dalam memohon pertolongan, baik urusan duniawi ataupun ukhrowi generasi qur’ani harus selalu memohon kepada Allah swt dengan keyakinan yang dalam tanpa keraguan sedikitpun.

3. Pengetahuan Jalan Hidup (Tsaqofah Manhaji al Hayah)
An Nawas bin Sam'aan r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah mengadakan contoh perumpamaan suatu jalan (shirrat) yang lurus, sedang di kanan-kiri jalan ada dinding dan di pagar ada pintu-pintu terbuka, pada tiap pintu ada tabir yang menutupi pintu, dan di muka jalan ada suara berseru, "Hai manusia masuklah ke jalan ini, dan jangan berbelok dan di atas jalanan ada seruan, maka bila ada orang yang akan membuka pintu dipenngatkan, 'Celaka anda, jangan membuka, sungguh jika anda membuka pasti akan masuk'. Shiraat itu ialah Islam, dan pagar itu batas-batas hukum Allah dan pintu yang terbuka ialah yang diharamkan Allah- sedang seruan di muka jalan itu ialah kitab Allah, dan seruan di atas shiraft ialah seruan nasihat dalam hati tiap orang muslim.(HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i).
Demikianlah Rasulullah saw menggambarkan “Ihdinaas Shiraathal mustaqiim” yang bermakna Islam dan Al-Qur’an. Maka seorang generasi Qur’ani harus benar-benar memahami Islam dan Al-Qur’an dengan baik, serta menjadikanya manhaj hidup, serta menjauhkan diri dari segala sistem-sistem yang penuh dengan penyimpangan dalam kehidupan baik itu sistem kufur, nifaq, fusuq, dan syirik ataupun sistem-sistem modern yang didengung-dengungkan saat ini; yang berupa matrialisme, pluralisme, liberalisme, kapitalisme, darwinisme ataupun isme-isme yang lain. Generasi qur’ani harus konsisten memegang manhaj hidup Islam dan al-Qur’an ini, serta menjadikanya sebagai sebuah kepribadian yang kokoh baik pemikiranya, perasaanya ataupun prilakunya.
Jangan sampai sebagaimana para liberalis mengatakan “ akidah kami Islam, kamipun beribadah, tapi masalah pemikiran yang sesuai dengan kepuasan berfikir kami, walaupun pemikiran kami seperti ini kami tetap muslim”. Seorang generasi qur’ani adalah berkepribadian utuh baik, pemikiranya, perasaan (hatinya) ataupun prilakunya.

Tidak ada komentar: