Senin, 07 Maret 2011

Motivasi Sebagai Motor Penggerak Manusia

MOTIVASI DAN NIAT : MOTOR KEHIDUPAN
1. Pengertian Motivasi
Ada beberapa pengertian motivasi yang disampaikan oleh para ahli.Menurut A. Tabrani Rusyam yang memberikan pengertian: “Motivasi merupakan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari oleh adanya suatu keinginan/kebutuhan.” (A. Tabrani Rusyam)
Sedangkan Wahjosumidjo memberikan suatu definisi: “Motivasi adalah suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan,persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang untuk bertingkahlaku dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan.” (Wahjosumidjo)
Sedangkan Gerungan menambahkan bahwa motivasi adalah penggerak, alasan-alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu tindakan/bertingkah laku. (Gerungan).

Motivasi adalah satu proses yang meghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai tujuan. Intensitas adalah seberapa kerasnya seseorang berusaha, namun intensitas yang tinggi saja tidak akan membawa ke hasil yang diinginkan kecuali disertai dengan upaya/arah. Sedangkan ketekunan adalah ukuran seberapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.

Motivasi adalah aktivitas hati yang menggerakan segala apa yang ada dalam anggota badan. Ia adalah raja yang memiliki power untuk menggerakan dan mengintruksikan kepada anggota badan dalam menjalankan tugas, anggota badan hanyalah sebagai pelayan yang mengikuti instruksi hati sebagai inti aktivitas. (al-Ghozali)

Dalam implementasi aktivitas, motivasi adalah niat yang akan mengarahkan segala amaliah manusia. Rosulullah saw bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ‏"‏ ‏.
'Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, '(Wahai manusia), sesungguhnya amal-amal itu hanyalah dengan niatnya (dalam satu riwayat: amal itu bergantung dengan niat dan bagi setiap orang hanyalah sesuatu yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya (kepada Allah dan Rasul Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul Nya. Dan, barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia, maka ia akan mendapatkannya. Atau, kepada wanita yang akan dinikahinya (dalam riwayat lain: mengawininya , maka hijrahnya itu kepada sesuatu yang karenanya ia hijrah." (HR. Bukhori )

Niat adalah motivasi yang paling tepat dalam membangun manusia menuju sukses dunia dan akhirat . Maka niat hendaknya ikhlas, ikhlas adalah fokus dalam tujuan, fokus untuk meraih satu impian yang bersifat vertikal dan horizontal. Hal inilah yang membedakan antara konsep motivasi umum dengan motivasi Islam. Niat adalah azam (tekad) yang kuat untuk meraih satu tujuan, dia adalah sesuatu yang membangkitkan hati untuk berbuat baik dalam rangka mencari kemaslahatan atau untuk menghilangkan kemudhorotan baik duniawiyah ataupun ukhrowiyah. (an-Nawawi dan al-baidhowi).
Niat adalah moqoddimatul ‘amal (pendahuluan amal) yang menggerakan (muharrik) kemauan manusia untuk meraih kesuksesan dunia akhirat. (Yusuf al-Qaradhawi). Sehingga niat menjelma menjadi motivasi yang menggerakan segala aktifitas hidup insan dan menjadi pondasi yang akan menentukan kuat tidaknya bangunan kesuksesan dan kehidupan.
Motivasi adalah kata ajaib, sebab kata motivasi mengandung makna ada tapi tiada, (satria Hadi Lubis). Seperti angin yang tak nampak tapi dirasakan geraknya, kelembutanya dan kesejukanya bahkan kekuatanya. Motivasi atau niat inilah yang membedakan insan dengan makhluk lainya, karena dengan motivasi ini manusia akan selalu berubah dan berkembang untuk lebih maju waktu demi waktu dan hari demi hari.

“Keajaiban motivasi” membuat peradaban insan selalu berubah setiap saat. Motivasi dituding sebagai pihk yang paling bertanggung jawab terhadap perubahan peradaban manusia. Setiap perubahan, baik pribadi, organisasi, masyrakat, negara bahkan dunia membutuhkan motivasi sebagai pemicu awalnya. Tanpa peradaban manusia tak ubahnya seperti binatang, insan dapat menuju peradaban yang maju karena motivasi dan niat yang kuat, (Satria Hadi Lubis).

Secara sederhana ada sebuah kisah yang mungkin dapat menjelaskan makna motivasi, contohnya seperti pernah terjadi kecelakaan mobil yang menimpa seorang ibu dan bayinya. Mobil tersebut dikemudikan oleh sang ibu mengalami dan mengalami kecelakaan sehingga mobil tersebut terbalik dalam posisi miring. Sang ibu sendiri terlempar keluar tanpa cidera yang berarti, sementara bayinya berada dalam mobil persisi disisi mobil yang miring. Setelah regu penolong sampai ditempat kejadian maka mereka melihat ibu tersebut tersimpuh mendekap bayi tersebut tanpa luka yang berarti. Akan tetapi setelah dilakukan pemeriksaan ternyata sang ibu mengalami patah tulang belakang. Hal ini menunjukan bahwa sang ibu tersebut membalikan mobil sendirian untuk mengeluarkan sang bayi, inilah motivasi cinta yang dalam sehingga mampu memompa kekuatan yang selazimnya tidak dimampui oleh seorang wanita.
Kisah lain adalah Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.
Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.
Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.
“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan. “Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh. “Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas. “Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal. “Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur. “Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.
Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat. “Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.” Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.
Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.” Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata, “Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”
“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum. “Abang yakin?”“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan. “Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap. “Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.
Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa. “Apa kabar mang Udin?” “Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata, “Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.” “Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.
“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi. Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi, “Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”
“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum. Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.
“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar. Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan. “Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh. “Tidak.”
“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”
Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum. “OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.
“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.” Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.
Demikianlah kisah inspiratif yang menunjukan motivasi yang tinggi dalam meraih keberkahan Allah swt, dengan motivasi maka seseorang akan kuat dalam menanggung segala beban hidupnya, akan istiqomah menjalankan ibadah kepada Allah swt, memiliki semangat yang kuat dalam meraih segala impian duniawi bahkan ukhrowi. Hanya orang munafiqlah yang memiliki rasa malas tidak memiliki motivasi dalam hidupnya. Inilah motivasi islam yang tidak hanya mengajak sukses dunia akan tetapi menggapai sukses akhirat.

Seorang muslim harus memiliki motivasi yang tinggi dalam hidupnya, karena Allah swt telah menetapkan hal itu dalam kitab-Nya bahwasanya seorang muslim adalah manusia pilihan dan terbaik (khoiru ummah). Allah swt berfirman :
  •  ••                     
Artinya:” kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Surat Ali Imron 110)

Lihatlah ayat di atas sebuah motivasi yang luar biasa yang Allah swt berikan kepada manusia untuk menjadi pribadi unggul, ummat yang unggul, lebih dari yang lainya. Menjadi insan yang berprestasi dalam segala bidangnya, terdepan dalam segala aspeknya. Kalaupun dalam bidang spiritual maka ummat Islamlah yang paling tinggi spiritualnya, dalam bidang intelektual maka ummat Islamlah yang paling menguasai ilmu pengetahuan, dalam bidang sosial ummat Islamlah yang paling inovasi dalam pengembangan tekhnologi dan dalam segala bidangnya.

Seorang muslim hendaknya unggul dalam hal spiritual ibadah, unggul dalam hal moral dan etika, unggul dalam hal muammalah duniawiyah yang meliputi ilmu pengetahuan, pendidikan, social, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan, tekhnologi dan informasi serta unggul dalam segala bidang baik urusan duniawi ataupun ukhrowi. Demikianlah implementasi ayat tersebut.

Janganlahlah ayat ini dibiarkan begitu saja tanpa direnungi dan diimplementasikan, tapi hendaknya ummat Islam harus mulai kembali kepada Al-Qur’an, yang menjadi inspirasi total dalam membangun peradaban.

Akan tetapi realita yang ada adalah ummat islam bukan unggul dala bidang, keunggulan ini masih menjadi satu konsep yang dibanggakan saja dalam seminar-seminar dan slogan-slogan. Akan tetapi belum mengalir dalam relung-relung hati ummat Islam sendiri apalagii tersirat dalam kehidupan nyata dalam persaingan global saat ini.

Tidak ada komentar: